IHSG Anjlok1,42% hingga Patahkan Tren Penguatan Delapan Hari Beruntun, Faktor Ini Jadi Pemicu
JAKARTA, investortrust.id - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah signifikan, Kamis, (8/5/2025), sebanyak 1,42% menjadi 6.827,75. Padahal, IHSG sempat menguat hingga sentuh level tertinggi harian 6.965,93.
Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menilai koreksi tajam ini dipicu oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik yang menekan sentimen investor, terutama aksi jual investor asing atau net sell sebesar Rp 906 miliar.
Baca Juga
Antam (ANTM) Akhirnya Terjungkal, tapi Asing Tetap Borong, Tren Penguatan Berakhir?
“Salah satu penyebab utama aksi jual ini adalah keputusan Federal Reserve (The Fed) yang kembali menahan suku bunga di level 5,25–5,50%. Meskipun kebijakan ini bersifat netral, namun pasar sebelumnya berharap pemangkasan lanjutan pada 2025,” kata Hendra kepada investortrust.id Kamis, (8/5/2025).
Ketika harapan itu tidak terwujud, dia mengatakan, pelaku pasar global, khususnya investor asing, cenderung mengurangi eksposurnya di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Sentimen negatif semakin diperkuat oleh peningkatan ketidakpastian global akibat kebijakan tarif besar-besaran Presiden Donald Trump yang diumumkan pada awal April 2025, yang memicu kekhawatiran terhadap babak baru perang dagang global,” terang dia.
Sementara dari dalam negeri, lanjut Hendra, tekanan datang dari laporan Bank Indonesia yang mengungkap penurunan cadangan devisa menjadi US$ 152,5 miliar atau turun US$ 4,6 miliar dari bulan sebelumnya. Penurunan ini mencerminkan langkah intervensi BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang sebelumnya sempat tertekan hingga mendekati Rp 16.700 per dolar AS sebelum akhirnya ditutup menguat ke level Rp 16.502.
Baca Juga
Jardine Cycle Pengendali Astra (ASII) Ketiban Dividen Rp 6,24 Triliun, Simak Tanggal Pembagiannya
Meski ini menunjukkan respons cepat otoritas moneter, Hendra menegaskan, tetap saja pelaku pasar menafsirkan situasi ini sebagai sinyal tekanan terhadap sektor eksternal.
“Secara keseluruhan, pelemahan IHSG hari ini lebih disebabkan oleh rotasi aset dan kekhawatiran global jangka pendek, bukan pelemahan fundamental ekonomi nasional, sehingga investor perlu tetap selektif namun tidak perlu panik yang berlebihan,” pungkasnya.
Faktor Teknikal
Sementara itu, dari sisi teknikal, pelemahan IHSG tergolong wajar sebagai bentuk koreksi setelah penguatan selama delapan hari beruntun, terutama karena indeks gagal menembus resistance psikologis di kisaran 7.000 dan berpotensi menguji support MA10 di level 6.783 dalam waktu dekat.
Adapun saham-saham sektor perbankan seperti BBCA, BBRI, dan BMRI menjadi pemberat utama indeks hari ini karena bobot kapitalisasi yang besar, serta kemungkinan aksi profit-taking dari investor asing. Sebaliknya, sektor defensif mulai menunjukkan daya tahan, terlihat dari kenaikan saham-saham seperti Indofood CBP (ICBP) dan Kalbe Farma (KLBF).
Baca Juga
Asing Net Sell Saham Rp 841,59 miliar, Empat Saham BUMN Ini Diobral
Sementara yang paling menonjol adalah lonjakan saham BBTN sebesar 9,95%, yang didorong oleh prospek positif dari program perumahan nasional serta ekspektasi sinergi ke depan dalam ekosistem holding ultra mikro.
Untuk perdagangan besok, Hendra membeberkan sejumlah saham pilihan. Di antaranya, BBTN direkomendasikan beli dengan target harga Rp 1.200, AMRT dengan target harga Rp 2.470, dan DKFT dengan target harga Rp 380. Tiga saham ini menunjukkan potensi penguatan secara teknikal.

