IHSG Melesat Tujuh Hari Beruntun, Penguatan masih Berlanjut?
JAKARTA, invetortrust.id - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini Selasa, (6/5/2025) sempat menembus level 6.900 namun akhirnya tutup di level 6.898. Tak hanya itu, data menunjukan aliran dana asing mulai ada dalam beberapa hari terakhir, investor asing mulai masuk ke bursa saham Indonesia ditengah-tengah tantangan ekonomi dari internal maupun eksternal.
Pengamat Pasar Modal Panin Sekuritas, Reydi Octa mengutarakan tantangan dari eksternal mengenai ketidakpatian proses negosiasi antara AS dan China tetap membayangi investor, namun level ketegangannya telah mereda karena hingga saat ini belum ada hasil negosiasi yang signifikan antara US dan China.
"Sehingga jeda penundaan periode 90 hari penetapan tarif impor AS terhadap negara mitra dagangnya menjadi pegangan investor untuk mulai masuk kembali ke IHSG di level harga saat ini, dan itu nampak pada inflow dana asing beberapa hari terakhir,"" ujar Reydi kepada investortrust.id Selasa, (6/5/2025).
Baca Juga
Reydi juga menjabarkan The Fed dalam minggu ini juga akan mengumumkan suku bunga acuannya namun probabilitas untuk memangkas suku bunga di bulan ini hanya sebesar 3,2%, sehingga masih besar kemungkinan The Fed tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%-4,5%, masih menjadi tantangan untuk The Fed memangkas suku bunga, tetapi peluang The Fed akan menurunkan suku bunga acuan tetap ada di paruh kedua 2025.
Senada dengan Reydi, Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana memandang pasar keuangan global saat ini tengah mencermati pertemuan kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang dimulai pada 6–7 Mei 2025, sebagai pertemuan pertama sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif timbal-balik (reciprocal tariffs) yang kontroversial.
"Meski pasar berjangka hanya memberikan peluang sebesar 2,7% terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam pertemuan ini, pelaku pasar mulai mengantisipasi adanya pelonggaran kebijakan moneter pada paruh kedua 2025, terutama jika inflasi mulai mereda. Ketidakpastian global juga diperburuk oleh dua pernyataan Trump yang meningkatkan tensi geopolitik, yakni rencana mengenakan tarif 100% atas film asing tanpa penjelasan teknis, serta sikap enggan membuka pembicaraan dagang dengan Presiden China Xi Jinping," kata Hendra saat dihubungi investortrust.id Selasa, (6/5/2025).
Faktor Internal
Selain itu, Reydi menyebut sentimen internal berasal dari rilis data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai produk domestik bruto untuk triwulan kuartal 1-2025 hanya tumbuh sebesar 4,87% di bawah ekspektasi analis yaitu 4,91% dan ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya yaitu 5,02%. Hal ini kata Reydi menunjukan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ini akan menjadi tantangan juga untuk keputusan investor dalam berinvestasi.
"Namun, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS menguat dalam kurun waktu seminggu terakhir, saat ini nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 16.475 berdasarkan kurs nilai tukar yang dirilis oleh Panin Bank," terang Reydi.
Menurutnya sentimen IHSG akhir-akhir ini terkombinasi antara sentimen negatif dan positif, namun investor sepertinya sudah mengantisipasi untuk hasil-hasil rilis data dan pemberitaan mengenai ekonomi yang tidak terlalu baik.
Baca Juga
Harga Saham ANTM Naik Drastis Dalam Sebulan, Analis Beberkan Pemicu Berikut
"Investor pasti dapat melihat kinerja positif emiten itu sendiri karena memang saat ini adalah musim publikasi laporan keuangan serta musim pembagian dividen, sehingga hal ini adalah salah satu hal yang memicu kenaikan harga saham akhir-akhir ini, institusi besar melakukan buyback, bahkan emiten sendiri juga melaksanakan program buyback. Potensi IHSG tembus level 7.000 sangat besar, namun apakah akan terus menguat setelah menembus level 7.000 perlu di kaji lagi," bebernya.
Di samping itu, Hendra berpendapat di tengah dinamika global tersebut, IHSG justru menunjukkan ketahanan dan performa impresif dengan melanjutkan reli selama enam hari berturut-turut.
"Namun demikian, secara teknikal IHSG telah mendekati area rawan aksi ambil untung, mengingat indikator RSI yang memasuki zona jenuh beli. Resistance kuat berada di kisaran 6.900–7.000, dengan level psikologis 7.000 menjadi ujian penting yang hanya bisa ditembus jika didukung oleh aliran dana asing dan keberlanjutan penguatan rupiah," papar Hendra.
Baca Juga
Meski demikian, sambung Hendra, arus dana asing masih terpantau belum sepenuhnya meyakinkan, tercermin dari lemahnya sektor perbankan yang selama ini menjadi pendorong utama saat pasar dalam tren bullish. Sektor perbankan tertekan oleh tingginya suku bunga acuan, penurunan margin bunga bersih (NIM), serta pemulihan kredit yang belum merata.
Dalam konteks ini, saham-saham yang layak dicermati sebagai motor penggerak IHSG antara lain RAJA buy dengan target harga Rp 2.360 yang mendapatkan sentimen positif dari ekspansi LNG dan energi bersih, BRMS buy dengan target harga Rp 420 dan PSAB buy dengan target harga Rp 330 yang terdorong oleh lonjakan harga emas dunia, serta UNVR buy dengan target harga Rp 2.040 yang menarik dari sisi karakter defensifnya di tengah ketidakpastian ekonomi.
"Fokus pada saham berfundamental kuat, serta pemantauan ketat terhadap arah kebijakan fiskal, moneter, dan politik domestik, maka peluang IHSG menembus dan bertahan di atas 7.000 bukan sekadar kemungkinan, melainkan keniscayaan apabila didukung oleh katalis makro yang tepat," tutur Hendra.

