IHSG Melesat Lima Hari Beruntun, Penguatan masih Berlanjut?
JAKARTA, investortrust.id - Di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat menjadi 4,87% pada kuartal I-2025 atau terendah sejak kuartal III-2021, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) justru menguat dalam lima hari perdagangan terakhir.
Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, fenomena ini memperlihatkan bahwa pasar saham kerap bersifat forward-looking, yakni menilai prospek dan sentimen masa depan alih-alih hanya terpaku pada data ekonomi historis.
"Salah satu katalis utama penguatan IHSG adalah musim pembagian dividen oleh emiten-emiten besar, yang menarik kembali aliran dana domestik maupun asing ke saham-saham berfundamental kuat," kata Hendra saat dihubungi investortrust.id Senin, (5/5/2025).
Baca Juga
Selain itu, Hendra melontarkan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut menopang optimisme investor, seiring dengan ekspektasi bahwa tekanan inflasi global mulai mereda dan The Fed akan lebih longgar dalam kebijakan moneternya pada paruh kedua 2025.
Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga melemah dan investasi swasta masih tertahan oleh suku bunga tinggi serta ketidakpastian global, Hendra memandang pelaku pasar mulai mengantisipasi pemulihan ekonomi pada semester kedua tahun ini. "Harapan akan akselerasi belanja modal pemerintah, terutama untuk infrastruktur dan hilirisasi industri, menjadi daya tarik tersendiri," tuturnya.
Tak hanya itu, stabilitas politik pasca Pemilu 2024 serta ekspektasi terhadap kabinet baru yang pro investasi turut memberi angin segar pada sentimen pasar. Kendati demikian, secara teknikal IHSG mulai menunjukkan tanda kelelahan setelah reli lima hari beruntun.
"Risiko aksi ambil untung (profit taking) dapat menekan IHSG menguji support di level 6.765, dengan resistance terdekat di 6.908. Jika penguatan rupiah berlanjut dan aliran dana asing tetap masuk ke pasar, peluang menembus level psikologis 7.000 dalam waktu dekat tetap terbuka," ujar Hendra.
Baca Juga
Prabowo Tegaskan Aset Danantara Lebih dari US$ 1 Triliun, Ini Perhitungannya
Di tengah dinamika ini, beberapa saham yang layak dicermati menurut Hendra yakni PT PP (PTPP) yang diuntungkan dari potensi lonjakan proyek infrastruktur, dengan target harga Rp 442, kemudian saham MBMA yang fokus pada ekosistem baterai kendaraan listrik dan hilirisasi nikel, dengan target harga Rp 366. Serta saham AVIA emiten bahan bangunan kimia yang mendapat angin segar dari pemulihan sektor konstruksi dan properti.
Sementara itu, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi berpandangan investor akan merespon penurunan pertumbuhan PDB kuartal I-2025, jika breakdown memang penurunan terbesar dari pertambangan, seiring dengan penurunan harga komoditas barang baku, seperti emas, sedangkan untuk tembaga, seiring dengan maintenance besar di Papua. Penurunan target China di 2025 untuk konsumsi tambang.
Baca Juga
Investasi Melambat pada Kuartal I-2025, Pemilik Dana Tunggu Kepastian?
"Hal ini sejalan dengan kinerja IDXENERGY yang melambat sebesar 5,45% ytd. Sehingga pasar sudah priced in dengan yang alami perlambatan pertumbuhan," ucap Audi kepada investortrust.id Senin, (5/5/2025).
Menurut Audi, IHSG saat ini cenderung menguat seiring dengan euforia dan perbaikan beberapa indikator ekonomi yakni, penguatan nilai Rupiah pasca terdepresiasi mendekati level Rp 17.000, ruang negosiasi terkait tarif dagang yang mulai mengurangi tensi, rilis kinerja kuartal I-2025 yang masih beberapa almi pertumbuhan resilien dan juga sentimen musim pembagian dividen tahun 2024.

"Meski kami menaikkan target IHSG di semester I-2025 optimistis dikisaran 6.950 – 7.050, moderat dikisaran 6.700 – 6.800 dan 6.100 – 6.200," papar Audi.
Audi menuturkan, target tersebut cenderung alami kenaikan seiring dengan beberapa sentimen positif di pasar. Sejumlah saham yang perlu dicermati, yakni saham BBCA direkomendasikan beli dengan target harga Rp 11.150 per saham, BMRI dengan target harga Rp 7.200, saham TLKM dengan target harga Rp 3.300, saham BRIS dengan target harga Rp 3.190, dan saham PGAS direkomendasikan trading buy dengan target harga Rp 1.820.

