Usai Libur Panjang, Kurs Rupiah Menguat meski Indeks Dolar Rebound
JAKARTA, investortrust.id - Kurs rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (10/06/2025) pagi, meski indeks dolar AS rebound. Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah menguat tipis 6 poin (0,04%) ke level Rp 16.291 per dolar AS.
Sedangkan secara year to date, mata uang Garuda masih terdepresiasi terhadap greenback 0,72%. Kurs rupiah juga masih lebih lemah dibanding asumsi dalam APBN 2025 sebesar Rp 16.000 per dolar AS.
Menurut pengamat pasar uang Sutopo Widodo, secara umum, sentimen pasar rupiah saat ini cenderung beragam. Ia mengungkap ada harapan penguatan dari potensi penurunan suku bunga The Fed dan sentimen global yang membaik, di sisi lain masih ada kekhawatiran terkait kondisi ekonomi domestik dan dinamika geopolitik global yang dapat memicu pelemahan rupiah. "Investor akan terus mengumpulkan rilis data ekonomi dari AS dan kebijakan moneter dari The Fed serta Bank Indonesia, untuk mengetahui arah pergerakan rupiah ke depan," kata Sutopo saat dihubungi Investortrust, Senin (09/06/2025).
Mata uang Garuda juga menguat terhadap hard currencies yang lain seperti yen dan euro. Rupiah terapresiasi 0,26 poin atau 0,23% ke level Rp 112,32 per yen. Namun, secara year to date, rupiah masih terdepresiasi 9,14%, berdasarkan data TradingView.
Rupiah juga terapresiasi 52 poin atau 0,28% ke Rp 18.532 terhadap euro. Namun, secara year to date, rupiah masih terdepresiasi 10,92%.
Baca Juga
Bank Jatim (BJTM) Proyeksi Laba Naik Jadi 2,8 Kali Lipat, Raih Nominasi Best Bank
Sementara itu, hingga pukul 10.22 WIB, indeks dolar menguat 0,144 poin atau 0,15% ke 99,149. Namun secara year to date, DXY masih melemah 8,63%.
Yield Obligasi AS Turun
Sementara itu, pasar obligasi pemerintah AS (UST) memulai pekan ini dengan penurunan imbal hasil di tengah ekspektasi hati-hati terhadap perkembangan diplomasi dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia, AS dan Cina. Imbal hasil Treasury tenor 10 tahun turun 2,6 basis poin ke level 4,482%, sementara yield tenor 2 tahun terkoreksi hampir 4 basis poin ke 4,005%.
Penurunan ini mencerminkan sikap ‘wait and see’ investor terhadap hasil pertemuan yang berlangsung di London antara pejabat tinggi dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan perwakilan Cina. Delegasi AS terdiri dari Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer.
Baca Juga

