Kurs Rupiah Melemah, Tertekan Rebound Indeks Dolar
JAKARTA, investortrust.id – Kurs rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat dan hard currency lain yen pada perdagangan valas di pasar spot Rabu (28/05/2025) pagi. Hal ini seiring indeks dolar rebound setelah Presiden AS Donald Trump menunda pemberlakukan tarif impor 50% atas produk Uni Eropa, dari 1 Juni ke 9 Juli 2025.
Berdasarkan data Yahoo Finance, nilai tukar mata uang Garuda bergerak melemah 30 poin atau 0,18%, ke Rp 16.299 per dolar AS pada pukul 09.25 WIB. Rupiah ini lebih lemah dibanding asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp 16.000 per dolar AS. Secara year to date, rupiah terdepresiasi 1,33%.
"Sentimen positif AS datang dari meningkatnya data consumer confidence dan pemberlakukan jeda tarif (untuk UE) oleh Presiden Donald Trump," kata
pengamat pasar modal Reza Priyambada dalam keterangan di Jakarta, Rabu pagi.
Baca Juga
Inilah Paket 6 Stimulus Ekonomi, Dorong Pertumbuhan Triwulan II
Menguat terhadap Euro
Rupiah juga melemah terhadap yen Jepang, namun menguat terhadap euro Rabu pagi. Kurs rupiah terdepresiasi 0,19 poin atau 0,17% terhadap yen, ke level 112,92. Secara ytd terdepresiasi 10,22%.
Di sisi lain, rupiah menguat 28 poin atau 0,15% terhadap euro ke level Rp 18.439. Namun, secara ytd masih terdepresiasi 10,68%.
Volatilitas Logam Mulia
Keputusan Trump untuk menunda tarif impor itu diumumkan setelah panggilan telepon dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen selama akhir pekan. Uni Eropa menyebut kontak tersebut memberi “dorongan baru” terhadap pembicaraan perdagangan lintas-Atlantik.
"Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan tarif memicu banyak volatilitas di pasar logam mulia. Namun, saat ini, pasar tampaknya memperkirakan akan tercapai kesepakatan, yang memberikan tekanan terhadap harga emas," ujar Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, seperti dikutip CNBC.
Baca Juga
Asing Berbalik Net Sell Saham dan SBN
Penguatan kembali dolar AS dan lonjakan indeks saham berjangka semakin mempersempit ruang penguatan emas, yang biasanya mendapat permintaan sebagai aset lindung nilai ketika ketidakpastian meningkat.
Di sisi moneter, lanjut dia, Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari menekankan pentingnya menahan suku bunga hingga ada gambaran lebih jelas mengenai dampak tarif terhadap inflasi AS. Pasar kini menantikan risalah rapat The Fed yang akan dirilis Rabu waktu setempat, serta data penting lain seperti estimasi awal PDB kuartal I, klaim pengangguran mingguan, dan indeks harga PCE inti.
“Pandangan jangka panjang kami tetap positif terhadap emas. Begitu pasar meyakini The Fed akan memangkas suku bunga, emas akan kembali menguat,” ujar Melek.

