Bagikan

Pemerintah Diharapkan Tinjau Kembali Kebijakan Efisiensi yang Terlalu Ketat

JAKARTA, investortrust.id - Diharapkan ada perubahan kebijakan di dalam negeri untuk merespons kondisi global yang tidak menentu. Yang paling utama adalah meninjau 
kembali kebijakan efisiensi yang terlalu ketat.

 

Hal ini disampaikan oleh CEO PT Investortrust Indonesia Sejahtera, Primus Dorimulu dalam kesempatan membuka acara The Best Investortrust Companies 2025 dengan tema “Powering Ahead: Navigating Turbulent Global and Local Chift” di The Sultan Hotel Jakarta, Selasa (27/5/2025). 

 


Sejauh ini pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah menggelar efisiensi berupa pemangkasan belanja negara, termasuk perjalanan dinas, penyelenggaraan acara, rapat, subsidi, hingga proyek infrastruktur non-prioritas. Menurut Primus, Belanja pemerintah adalah komponen besar dalam permintaan domestik. "Jika government spending ditekan terlalu keras, maka permintaan terhadap layanan seperti hotel, katering, penerbangan, dan logistik langsung turun drastis," ujarnya.

 

Sejauh ini, kata Primus, pemerintah dan BUMN adalah klien utama sektor MICE (Meeting, Incentives, Convention, Exhibition). Jika belanja untuk acara dan perjalanan dinas dikurangi drastis, okupansi hotel, reservasi restoran, dan penumpang pesawat langsung anjlok. "Sektor ini padat karya, sehingga pengurangan  aktivitas berarti PHK atau pengurangan jam kerja. Mestinya, efisiensi dilakukan sambil mengalihkan anggaran ke sektor produktif, seperti UMKM, pertanian, hilirisasi industri, dan bantuan langsung ke masyarakat bawah.

 

 

Namun demikian Primus juga menyampaikan bahwa  efisiensi yang tidak diimbangi stimulus ekonomi, maka hasilnya adalah stagnasi. Uang tidak beredar, konsumsi turun, dan pelaku usaha lesu. Saat pemerintah gencar mendorong efisiensi, pelaku usaha bisa menahan ekspansi, rekrutmen, atau investasi, karena ekspektasi permintaan menurun. Hal ini bisa memperkuat efek negatif ke seluruh ekonomi, menciptakan spiral perlambatan.


Sekadar informasi,  PT Investortrust Indonesia Sejahtera (Investortrust) kembali menggelar The Best Investortrust Companies 2025 dengan tema “Powering Ahead: Navigating Turbulent Global and Local Chift” di The Sultan Hotel Jakarta, Selasa (27/5/2025). 

 

 
The Best Investortrust Companies 2025 merupakan ajang penghargaan tahunan yang digagas oleh Investortrust untuk mengapresiasi emiten-emiten terbaik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penghargaan The Best Investortrust Companies 2025 tak hanya menyoroti sejumlah emiten yang menunjukkan kinerja keuangan dan operasional yang solid, tetapi mencerminkan tata kelola yang baik, keterbukaan informasi, serta konsistensi dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham.
 
 
Dalam sambutannya,  Primus Dorimulu mengungkapkan, ekonomi global tahun 2025 masih diwarnai ketidakpastian. Menurutnya, ketegangan geopolitik global masih terus terjadi. Kebijakan tarif impor resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump memicu “trade war” dan mendorong volatilitas pasar keuangan global. 
 
"Dikhawatirkan, kebijakan Trump membawa AS dan dunia ke jurang resesi. Trump menambah ketidakpastian dunia paling tidak sampai hari ini, kita ingat pada 2 April 2025, Trump mengumumkan tarif resiprokal dan hari itu dinyatakan sebagai 'Liberation Day'. Ia menetapkan tarif dasar sebesar 10% untuk semua impor ke AS, berlaku mulai 5 April 2025," ujar Primus.
 
 
Selain itu, tarif tambahan yang lebih tinggi diberlakukan untuk sekitar 60 negara yang dinilai melakukan praktik perdagangan tidak adil, dan tarif baru ini mulai berlaku 9 April 2025. Namun, pada 9 April 2025, Trump mengumumkan penangguhan selama 90 hari untuk tarif resiprokal tambahan bagi semua negara kecuali China, yang tetap dikenakan tarif sebesar 145%. 
 
"Penangguhan ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi negosiasi perdagangan dan meredakan ketegangan ekonomi global," ungkap Primus.
Primus menjelaskan, secara keseluruhan, kebijakan tarif ini berlangsung selama 40 hari sebelum mengalami penyesuaian signifikan, yang mencerminkan pendekatan “ancam lalu mundur” (threat and retreat), sebuah strategi yang sering digunakan oleh Trump dalam kebijakan perdagangannya.
https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1748356954/investortrust-bucket/images/1748356954798.jpg
Chief Executive Officer Investortrust, Primus Dorimulu menyampaikan sambutan saat membuka acara The Best Investortrust Companies 2025 dengan tema “Navigating Turbulent Global and Local Shifts: Tantangan Emiten Indonesia 2025” di Hotel Sultan Jakarta, Selasa, (27/5/2025). Foto: Investortrust/Dicki Antariksa (Dicki Antariksa)
Source: Investortrust
 
"Kita belum tahu di mana ujungnya, tetapi dari berbagai sumber yang kita baca, ujungnya akan damai karena tidak mungkin Amerika berjalan sendiri tanpa support dari negara-negara lain," kata Primus.
 
Lebih lanjut, Primus menyebut, laju pertumbuhan ekonomi dunia sudah beberapa kali direvisi. Terakhir, IMF memprediksi, pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 turun dari 3,3% ke 2,8%. Pertumbuhan ekonomi AS direvisi turun dari 1,9% ke 1,8% dan ekonomi Indonesia diprediksi 4,7%, turun dari 5,2%.
 
 
"Jika Presiden Trump tidak mau mundur dan tetap mengancam, ekonomi AS bisa terjungkal ke jurang resesi," ucap Primus.
 
Di sisi lain, Primus membeberkan bahwa inflasi AS menunjukkan penurunan. Ada ruang bagi The Fed untuk memangkas Federal Funds Rate (FFR), tapi kebijakan Trump memaksa Jeromy Powell dan timnya untuk wait and see.
 
Hingga akhir Mei 2025, Federal Reserve (The Fed) belum melakukan pemangkasan suku bunga acuan, Federal Funds Rate/FFR. Sejak Desember 2024, FFR tetap berada pada kisaran 4,25%–4,50%.
 
https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1745397962/investortrust-bucket/images/1745397965380.jpg
Inflasi dan BI Rate April 
 
 
Dalam pertemuan terakhir pada Mei 2025, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, dengan alasan bahwa inflasi masih berada di atas target 2% dan ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif dan fiskal dari pemerintahan Trump. Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan perlunya pendekatan wait and see sebelum mengambil langkah pemangkasan suku bunga.
 
Sementara itu, Bank Indonesia sudah dua kali menurunkan BI rate, masing-masing, 25 basis poin ke 5,50%. Terakhir pada RDGI 21 Mei ada jarak 100 basis poin dengan BI rate.
 
https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1748356113/investortrust-bucket/images/1748356106189.jpg
Para penerima penghargaan berfoto bersama Direksi Investortrust dan Dewan Juri pada acara The Best Investortrust Companies 2025 dengan tema “Navigating Turbulent Global and Local Shifts: Tantangan Emiten Indonesia 2025” di Hotel Sultan Jakarta, Selasa, (27/5/2025). Foto: Investortrust/Dicki Antariksa (Dicki Antariksa)
Source: Investortrust
 
Dalam kesempatan ini, Primus juga menyoroti terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Primus, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2025 termasuk yang terbaik di dunia, di atas rata-rata. 
 
 
"Di antara 20 negara G20, pertumbuhan ekonomi berada di peringkat kedua di bawah Tiongkok. RRT 5,4%, Indonesia 4,87%. Di antara 10 negara anggota ASEAN, pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk yang lumayan. Indonesia hanya kalah dari Vietnam dan Filipina," tutur Primus.
 
Meski begitu, Primus menuturkan, kinerja ekonomi kuartal I 2025 diharapkan tidak terjadi di tiga kuartal berikut. Pertumbuhan kuartal I 2025 terhadap kuartal IV 2024, q to q, minus 0,98%. 
 
"Jika pada kuartal 2025 minus juga, maka ekonomi Indonesia secara tenikal resesi. Mudah-mudahan itu tidak terjadi," terang Primus.
 

 

 

 

https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1748356873/investortrust-bucket/images/1748356865207.jpg
Chief Executive Officer Investortrust, Primus Dorimulu menyampaikan sambutan saat membuka acara The Best Investortrust Companies 2025 dengan tema “Navigating Turbulent Global and Local Shifts: Tantangan Emiten Indonesia 2025” di Hotel Sultan Jakarta, Selasa, (27/5/2025). Foto: Investortrust/Mohammad Defrizal (Mohammad Defrizal)
Source: Investortrust
 
 
 
 
 
 
Dengan demikian, ia pun berharap pemerintah melakukan koreksi kebijakan. Menurutnya, Indonesia tidak bisa mengoreksi kondisi global dan kebijakan negara lain. Yang bisa dilakukan adalah memberikan respons yang tepat dengan membuat kebijakan yang baik dan benar.
 
 
"Kita mendukung visi-misi Prabowo-Gibran agar sukses. Kita mendukung Asta Cita dan delapan program pemerintah yang sudah kita pilih lewat pemilu yang mahal. Kita harus terus optimistis. Tidak ada Indonesia gelap," tegas Primus.
 
 
 
 
 
 
The Convergence Indonesia, lantai 5. Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. HR Rasuna Said, Karet, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Pusat, 12940.

FOLLOW US

logo white investortrust
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor1188/DP-Verifikasi/K/III/2024