Rupiah Menguat usai Sri Mulyani 'Manggung' di DPR Bawa Kerangka Ekonomi Makro 2026
JAKARTA, investortrust.id - Kurs rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan hari Selasa (20/5/2025). Data Jisdor Bank Indonesia (BI) mencatat kurs rupiah menguat 49 poin (0,29%) ke level Rp 16.406 per dolar AS. Dalam perdagangan Senin (19/5/2025) kemarin, Jisdor mencatat kurs rupiah melemah di level Rp 16.455 per dolar AS.
Pada perdagangan spot valas, data Yahoo Finance menunjukkan kurs rupiah bergerak menguat 19 poin (0,12%) ke level Rp 16.405 per dolar AS. Dalam penutupan perdagangan terakhir, Yahoo Finance mencatatkan kurs rupiah berada pada posisi Rp 16.424 per dolar AS.
Menguatnya rupiah pada hari ini bertepatan usai Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang 'manggung' di gedung parlemen. Sri Mulyani memaparkan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) sebagai pengantar pembicaraan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.
Dalam paparan di hadapan parlemen, pemerintah Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2026 naik dari asumsi APBN 2025 sebesar 5,2% menjadi kisaran 5,2-5,8%.
“Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 pada kisaran 5,2% hingga 5,8%” kata Sri Mulyani saat Rapat Paripurna DPR RI ke-18 Masa Persidangan III Tahun Sidang 2024-2025, di gedung parlemen, Jakarta, Selasa (20/05/2025).
Baca Juga
RDG BI, Rupiah Perkasa terhadap Dolar hingga Euro dan IHSG Terbang
Proyeksi ini, kata Sri Mulyani, dilakukan dengan menjaga daya beli masyarakat dan inflasi yang terjaga dalam kisaran target pemerintah. Proyeksi pertumbuhan ekonomi itu juga diharapkan dapat tercapai, dengan mendorong transformasi dan reformasi ekonomi termasuk hilirisasi sumber daya alam dan perbaikan iklim investasi serta sumber daya manusia.
“Laju pertumbuhan ini menjadi pondasi kuat untuk pertumbuhan hingga mencapai 8% dalam beberapa tahun ke depan. Ini dengan terus konsisten mencapai visi Indonesia Maju 2045,” ujar dia.
Sementara dari sentimen domestik, menguatnya kurs rupiah juga didukung oleh merosotnya indeks dolar AS. Data Bloomberg per Selasa (20/5/2025) pukul 16.30 WIB menunjukkan indeks dolar AS merosot 0,27-0,26% ke level 100,16.
Menurut pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, pembahasan mengenai program nuklir Iran akan "tidak menghasilkan apa-apa" jika Washington bersikeras agar Teheran memangkas aktivitas pengayaan uranium sepenuhnya, media pemerintah mengutip pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Majid Takhtravanchi pada hari Senin.
Sentimen ini kemudian diyakini sebagai salah satu penyebab lesunya indeks dolar AS. Pernyataan tersebut muncul setelah utusan khusus AS Steve Witkoff menegaskan kembali pada hari Minggu bahwa Washington akan mengharuskan setiap kesepakatan baru untuk menyertakan pakta untuk menahan diri dari pengayaan, pendahulu pengembangan bom nuklir.
"Di Asia, Bank Rakyat China memangkas suku bunga acuan pinjaman utama seperti yang diharapkan, sehingga suku bunga semakin mendekati rekor terendah. Pemangkasan tersebut mengisyaratkan bahwa Beijing terbuka untuk memberikan lebih banyak stimulus moneter guna mendukung perekonomian," ungkap Ibrahim dalam laporan tertulis, Selasa (20/5/2025).
Namun, kenaikan di pasar China dibatasi oleh peringatan dari Beijing bahwa pembatasan ketat AS terhadap ekspor chip ke China mengancam akan merusak kemajuan dalam deeskalasi perdagangan antara kedua negara.
Video: Courtesy of DPR RI Youtube Channel

