Rupiah Menguat setelah The Fed Tahan Suku Bunga Acuan
JAKARTA, investortrust.id - Kurs rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan hari Kamis (8/5/2025). Berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI) kurs rupiah menguat 36 poin (0,21%) ke level Rp 16.497 per dolar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya rupiah ditutup melemah di level Rp 16.533 per dolar AS, Rabu (7/5/2025) kemarin.
Pada perdagangan pasar spot valas, dilansir Yahoo Finance, kurs rupiah bergerak menguat 39 poin (0,24%) ke level Rp 16.490 per dolar AS. Adapun dalam penutupan perdagangan spot valas kemarin, Yahoo Finance mencatat kurs rupiah merosot di level Rp 16.529 per dolar AS.
Federal Reserve memilih mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25%–4,50% dalam pertemuan bulan Mei, di tengah meningkatnya risiko inflasi dan pengangguran yang menekan stabilitas ekonomi AS. Di bawah kepemimpinan Jerome Powell, bank sentral Amerika Serikat menunjukkan keteguhan sikap untuk tetap fokus pada data ekonomi, bukan tekanan politik.
“Ini bukan saatnya untuk bertindak pre-emptif,” ujar Powell menanggapi tekanan yang muncul pasca diberlakukannya tarif impor tambahan oleh Presiden Donald Trump. Ia menegaskan bahwa arah kebijakan moneter hanya akan ditentukan berdasarkan data dan keseimbangan risiko ekonomi, bukan spekulasi atau tekanan politik dari Gedung Putih.
Pasar menyambut keputusan The Fed dengan kewaspadaan. Di satu sisi, laporan tenaga kerja April menunjukkan ketahanan sektor ketenagakerjaan, namun laporan PDB kuartal pertama memberikan sinyal perlambatan. The Fed menyadari bahwa kondisi ini dapat bergerak cepat, terlebih dengan dinamika tarif dan ketidakpastian dalam negosiasi dagang global.
Baca Juga
Bayar Utang dan Perkuat Rupiah, Cadangan Devisa RI Melorot Jadi US$ 152,5 Miliar
Powell juga menyebut bahwa tarif yang diberlakukan Trump pada awal April "jauh lebih besar dari perkiraan The Fed", menambah tantangan dalam menavigasi prospek kebijakan. Ia memperingatkan bahwa hasil dari pembicaraan dagang dengan Tiongkok dan mitra strategis lainnya bisa mengubah arah ekonomi secara signifikan.
Sedangkan dari dalam negeri, BI mengumumkan posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir April 2025 tetap tinggi sebesar US$ 152,5 miliar, meski menurun dibandingkan posisi pada akhir Maret 2025 sebesar US$ 157,1 miliar. Menurut Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, menurunnya posisi cadev lantaran digunakan untuk sejumlah kebijakan seperti membayar utang luar negeri hingga memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.
"Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang makin tinggi," kata Ramdan Denny dalam laporan tertulis, Kamis (8/5/2025).
Ramdan Denny menjelaskan, posisi cadangan devisa pada akhir April 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," lanjutnya.

