The Fed Waspadai Era Baru Suku Bunga Tinggi, Powell: 'Guncangan Pasokan' Jadi Tantangan Besar
WASHINGTON DC, investortrust.id - Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa era suku bunga rendah pasca-krisis 2008 tampaknya tidak akan kembali dalam waktu dekat. Powell mengingatkan bahwa guncangan pasokan yang lebih sering dan fluktuatif menjadi tantangan baru bagi kebijakan moneter.
Baca Juga
The Fed Pertahankan Suku Bunga, Soroti Ancaman Risiko Inflasi dan Pengangguran
“Kita mungkin memasuki periode dengan guncangan pasokan yang lebih sering, dan mungkin lebih persisten, tantangan besar bagi perekonomian dan bank sentral,” ujar Powell dalam Konferensi Riset Thomas Laubach yang diadakan Kamis (15/5/2025) waktu setempat, seperti dikutip CNBC.
Pernyataan tersebut mempertegas sikap The Fed yang tetap waspada terhadap tekanan inflasi, meskipun ekspektasi jangka panjang masih selaras dengan target 2%. Sejak akhir 2024, suku bunga acuan telah dipertahankan di kisaran 4,25% hingga 4,5%.
Dalam pernyataan yang berfokus pada tinjauan ulang kerangka kebijakan bank sentral, yang terakhir dilakukan pada musim panas 2020, Powell mencatat bahwa kondisi telah berubah secara signifikan dalam lima tahun terakhir.
Selama periode tersebut, The Fed menghadapi lonjakan inflasi yang memaksa otoritas untuk menaikkan suku bunga secara agresif. Powell mengatakan bahwa meskipun ekspektasi inflasi jangka panjang sebagian besar masih sesuai dengan target 2% The Fed, era suku bunga mendekati nol tidak akan kembali dalam waktu dekat.
The Fed menahan suku bunga acuannya mendekati nol selama tujuh tahun setelah krisis keuangan 2008. Sejak Desember 2024, suku bunga pinjaman semalam berada di kisaran 4,25%–4,5%, dan terakhir ditransaksikan di level 4,33%.
Pernyataan Powell tentang “guncangan pasokan” senada dengan peringatan yang ia sampaikan dalam beberapa pekan terakhir mengenai risiko perubahan kebijakan yang dapat menempatkan The Fed dalam posisi sulit antara mendukung ketenagakerjaan dan mengendalikan inflasi.
Baca Juga
Powell Tolak Pemangkasan Suku Bunga di Tengah Tekanan Tarif Trump
Meskipun tidak menyebutkan tarif Presiden Donald Trump dalam pernyataannya kali ini, Powell dalam beberapa hari terakhir mencatat bahwa kebijakan tarif kemungkinan akan memperlambat pertumbuhan dan mendorong inflasi. Namun, dampaknya sulit diukur secara pasti, terutama karena Trump baru-baru ini menunda bea masuk yang lebih agresif selama 90 hari untuk negosiasi.
The Fed masih enggan melonggarkan kebijakan setelah memangkas suku bunga acuannya sebesar satu poin persentase tahun lalu.
Baca Juga
Ekonom Ramal The Fed Pangkas Suku Bunga AS hingga 100 Bps di Tahun 2025
Arah Kebijakan
Terkait tinjauan ulang kerangka kebijakan yang sedang berlangsung, The Fed akan menyusun rencana lima tahun ke depan tentang bagaimana arah kebijakan ditentukan dan bagaimana keputusannya dikomunikasikan kepada publik.
Powell mengatakan bahwa proses kali ini akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk cara The Fed menyampaikan ekspektasinya ke depan, sekaligus meninjau ulang pendekatan sebelumnya.
Pada musim panas 2020 yang penuh ketidakpastian, The Fed memperkenalkan pendekatan “target inflasi rata-rata fleksibel” yang memungkinkan inflasi berjalan sedikit lebih tinggi dari normal demi mencapai ketenagakerjaan penuh dan inklusif. Namun, target inflasi ini segera menjadi tidak relevan saat harga melonjak pasca pandemi Covid, memaksa The Fed menaikkan suku bunga secara historis agresif.
Tinjauan kali ini akan mengevaluasi bagaimana The Fed mempertimbangkan “kekurangan” terhadap target inflasi dan ketenagakerjaan.
Powell dan rekan-rekannya awalnya menyebut lonjakan inflasi tahun 2021 sebagai “sementara” karena faktor-faktor spesifik pandemi. Namun, beberapa pejabat The Fed menyatakan bahwa adopsi kerangka kerja tahun 2020 tidak memengaruhi keputusan untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol meski inflasi meningkat.
“Dalam diskusi kami sejauh ini, para peserta menyatakan bahwa mereka merasa sudah saatnya meninjau ulang bahasa yang digunakan terkait kekurangan tersebut. Dan dalam pertemuan kami minggu lalu, kami memiliki pandangan yang sama terhadap pendekatan target inflasi rata-rata. Kami akan memastikan bahwa pernyataan konsensus baru kami mampu bertahan dalam berbagai kondisi dan dinamika ekonomi,” urainya.
Lebih lanjut terkait potensi guncangan pasokan dan dampaknya terhadap kebijakan, Powell menekankan pentingnya komunikasi.
“Meski kalangan akademis dan pelaku pasar pada umumnya menilai komunikasi [The Fed] sudah efektif, selalu ada ruang untuk perbaikan. Dalam periode dengan guncangan yang lebih besar, lebih sering, atau lebih bervariasi, komunikasi yang efektif menuntut kita untuk menyampaikan tingkat ketidakpastian dalam pemahaman kita terhadap perekonomian dan prospeknya. Kami akan mencari cara untuk meningkatkan aspek ini ke depan,” bebernya.
Powell tidak memberikan tanggal pasti kapan tinjauan ini akan rampung, hanya mengatakan bahwa ia memperkirakan proses tersebut selesai “dalam beberapa bulan mendatang.” Pada tinjauan sebelumnya, Powell menggunakan pidato tahunan di simposium Jackson Hole, Wyoming, untuk mengumumkan arah kebijakan baru.

