Awali Pekan, Kurs Rupiah Lanjut Menguat terhadap Dolar AS Pada Senin 5 Mei 2025 Pagi
JAKARTA, investortrust.id - Mengawali pekan ini, kurs rupiah melanjutkan tren menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (5/5/2025) pagi ini. Berdasarkan data Yahoo Finance, kurs rupiah bergerak menguat 50 poin (0,30%) ke level Rp 16.379 per dolar AS.
Menurut Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro, indeks dolar (DXY) memangkas kerugian hingga diperdagangkan mendekati 100 dan bersiap untuk kenaikan mingguan kedua berturut-turut setelah laporan pekerjaan terbaru mengisyaratkan pasar tenaga kerja yang mendingin tetapi masih tangguh.
"Laporan tersebut melampaui ekspektasi, menawarkan pandangan pertama tentang kondisi ketenagakerjaan sejak Presiden Donald Trump mengumumkan tarif yang luas," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (5/5/2025).
Di sisi lain imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun naik 9,07 bps menjadi 4,31% (-26,1 bps ytd) menyusul pengumuman Presiden Donald Trump tentang tarif timbal balik yang menyeluruh pada tanggal 2 April. Optimisme meningkat bahwa AS akan segera mencapai perjanjian perdagangan dengan mitra utama seperti India, Jepang, dan Korea Selatan.
"Selain itu, China mengatakan bahwa pihaknya sedang menilai kemungkinan memulai negosiasi perdagangan dengan AS, yang semakin meningkatkan sentimen," sambungnya.
Baca Juga
Prospek Penjanjian Dagang Positif, Rupiah Sepekan Terapresiasi 2,40%
Ekonom Bank Mandiri itu mengatakan, pada pekan ini investor akan mencermati rapat kebijakan Federal Reserve, di mana para pejabat diharapkan tidak mengubah suku bunga di tengah ketidakpastian terkait perdagangan yang sedang berlangsung. Sejumlah laporan laba perusahaan juga akan dirilis, yang dapat memberikan arahan tambahan bagi pasar.
Sementara itu Pasar Obligasi AS telah memperhitungkan kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan ini dapat memperlambat ekonomi, meningkatkan tekanan pada Federal Reserve untuk memangkas suku bunga. Pedagang terus memperkirakan hampir empat kali pemangkasan suku bunga Fed tahun ini. Sentimen juga terangkat oleh berita bahwa China mempertimbangkan untuk memulai kembali perundingan perdagangan dengan AS.
"Pejabat Tiongkok menegaskan kembali bahwa AS harus menunjukkan ketulusan dan menghapus semua tarif sepihak, dengan menyatakan bahwa jika AS ingin berunding, AS harus memperbaiki praktiknya yang salah dan membatalkan tarif sepihak," tutur Andry Asmoro.

