Indeks Dolar Melemah Dorong Kurs Rupiah Menguat Senin
JAKARTA, investortrust.id - Kurs rupiah dibuka menguat dalam perdagangan valas di pasar spot pada Senin (02/06/2025) pagi, didorong pelemahan indeks dolar Amerika Serikat. Data Bloomberg menunjukkan kurs rupiah menguat 14,5 poin (0,09%) ke level Rp 16.312 per dolar AS.
Rupiah tercatat menguat pada pembukaan perdagangan valas di pasar spot pagi ini, setelah libur panjang di pasar domestik memperingati Hari Besar Keagamaan Kenaikan Yesus Kristus. Sementara berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI), pada perdagangan terakhir Rabu lalu (28/05/2025), kurs rupiah merosot 45 poin (0,27%) ke level Rp 16.300 per dolar AS.
"Animo investor diuji lebih lanjut oleh perkembangan hukum seputar kebijakan perdagangan AS. Ini karena pengadilan federal awalnya membatalkan tarif timbal balik Presiden AS Donald Trump, tetapi pengadilan banding memberlakukannya kembali untuk sementara," kata Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (02/06/2025).
Penasihat ekonomi Kevin Hassett mengindikasikan bahwa Trump dan Presiden Cina Xi Jinping mungkin akan mengadakan diskusi perdagangan, paling cepat minggu ini. Hal itu terjadi setelah Trump menuduh Tiongkok melanggar ketentuan perjanjian perdagangan baru-baru ini.
Sedangkan indeks dolar AS tercatat melemah berdasarkan data Yahoo Finance. Greenback bersiap untuk kerugian bulanan kelima berturut-turut, penurunan terpanjang dalam lima tahun. Para pedagang semakin waspada bahwa kebijakan perdagangan Presiden Trump dapat merugikan ekonomi dan melemahkan daya tarik dolar sebagai aset safe haven.
Baca Juga
Trump Naikkan Tarif Baja Jadi 50%, Indeks Nikkei Jepang Tertekan
Minggu Penuh Volatilitas
Andry menjelaskan juga, di pasar saham AS, indeks utama menguat bulan lalu. Hal ini berkat data ekonomi AS yang tangguh dan laba perusahaan yang lebih tinggi dari perkiraan, bahkan di tengah tantangan penaikan tarif impor yang terus berlanjut.
"Pasar kini bersiap untuk minggu yang penuh volatilitas lainnya. Ini didorong oleh ancaman tarif baru menyusul tuduhan Presiden Trump bahwa Tiongkok melanggar perjanjian perdagangan awal dengan AS," lanjutnya.
Baca Juga
Penjalaran Intoleransi di Sekolah Bertentangan dengan Pancasila, di Mana Pemerintah?
Fokus investor minggu ini, lanjut dia, juga akan tertuju pada laporan pasar tenaga kerja AS, bersama dengan PMI Manufaktur dan Jasa ISM, pidato pejabat The Fed, lowongan pekerjaan JOLTS, pesanan pabrik, dan data perdagangan luar negerinya. Pengumuman suku bunga juga diharapkan datang dari Bank Sentral Eropa dan lainnya.

