Update Rating Kredit AS oleh Moody's Bikin Rupiah Tertekan Senin 19 Mei 2025
JAKARTA, investortrust.id - Nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan Senin (19/5/2025) pagi. Berdasarkan data Yahoo Finance, kurs rupiah bergerak melemah 50 poin (0,30%) ke level Rp 16.469 per dolar AS. Sebelumnya data Yahoo Finance menunjukkan kurs rupiah ditutup di posisi Rp 16.419 per dolar AS.
Data terbaru menunjukkan bahwa Moody's Credit Ratings menurunkan peringkat kredit AS satu tingkat menjadi Aa1 dari Aaa, di tengah kekhawatiran atas meningkatnya utang dan pembayaran bunga. Moody's mengikuti Fitch Ratings dalam menurunkan peringkat negara tersebut menjadi AA+ dari AAA pada tahun 2023 dan Standard & Poor's pada tahun 2011.
Lembaga tersebut mengatakan pihaknya memperkirakan utang federal AS akan meningkat menjadi sekitar 134% dari PDB pada tahun 2035, naik dari 98% tahun lalu.
Menurut Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro, defisit federal diperkirakan akan melebar, mencapai hampir 9% dari PDB pada tahun 2035, naik dari 6,4% pada tahun 2024, karena meningkatnya pembayaran bunga atas utang, peningkatan pengeluaran hak, dan berkurangnya pendapatan pemerintah melalui pemotongan pajak.
Baca Juga
Data Ekonomi AS Kerek Kurs Rupiah ke Rp16.449 di Jumat Pagi 16 Mei
"Moody's membuat pengumuman ini pada hari Jumat, mengubah prospeknya terhadap AS menjadi stabil dari negatif. Peringkat kredit Standard & Poor untuk AS berada di AA+ dengan prospek stabil. Peringkat kredit DBRS untuk Amerika Serikat terakhir dilaporkan pada AAA dengan prospek stabil," kata Andry dalam keterangannya, Senin (19/5/2025).
Sentimen konsumen Universitas Michigan untuk AS turun tajam menjadi 50,8 pada Mei-25, turun dari 52,2 pada April-25 dan jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 53,4, menurut estimasi awal. Ini menandai penurunan bulanan kelima berturut-turut, pembacaan terendah sejak Juni 2022, dan terendah kedua yang pernah tercatat, karena meningkatnya ekspektasi inflasi dan kekhawatiran baru atas tarif terus membebani sentimen. Baik indeks kondisi saat ini (57,6 vs 59,8) dan pengukur ekspektasi (46,5 vs 47,3) memburuk.
"Minggu ini akan menjadi minggu yang relatif tenang di AS, dengan perhatian terfokus pada perkembangan seputar tarif, pidato beberapa pejabat Federal Reserve, dan rilis PMI manufaktur dan jasa S&P Global, bersama dengan data penjualan rumah lama dan baru," ujar Andry.

