BPS: Bukan Soal Angka, Tapi Kecepatan Menurunkan Angka Kemiskinan
JAKARTA, investortrust.id - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan standar garis kemiskinan yang digunakan Bank Dunia untuk menilai Indonesia menggunakan standar US$ 6,85. Angka tersebut digunakan karena status Indonesia masuk dalam upper middle income.
Meski begitu, menurut Amalia, standar angka kemiskinan itu bukan menjadi yang utama.
“Sebenarnya yang paling penting adalah bukan angkanya dan levelnya, tapi seberapa cepat kita bisa menurunkan kemiskinan tersebut,” kata Amalia, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Amalia menjelaskan angka itu harus dimaknai dengan bijak. Setiap setiap negara memiliki standar dan metodologi berbeda dalam menghitung angka kemiskinan.
“Kita perlu bijak dalam memaknai angka yang disampaikan oleh Bank Dunia mengenai kemiskinan yang 60,3% itu,” kata dia.
Baca Juga
Kepala BPS: Garis Kemiskinan ala Bank Dunia Tak Bisa Langsung Diterapkan
Amalia menjelaskan Indonesia memiliki perhitungan garis kemiskinan tersendiri. Perhitungan garis kemiskinan itu mengasumsikan pengeluaran yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar, bukan pendapatan.
“Garis kemiskinan adalah pengeluaran untuk memenuhi basic need 2.100 kilokalori dan non-makanan,” ujar dia.
Amalia menjelaskan, jika dalam satu keluarga terdapat empat orang, standar garis kemiskinan harus dikalikan dengan jumlah orang tersebut. Misalnya, di Jakarta, garis kemiskinannya sekitar Rp 850.000 artinya perlu dikalikan empat.
“Kalau keluarganya ada lima (orang) maka Rp 850.000 dikalikan lima. Sekitar Rp 4,1 juta atau Rp 4,2 juta. Itu bukan pendapatan,” ucap dia.

