Buntut Perseteruan Elon Musk dan Donald Trump, Saham Tesla Anjlok 14%
NEW YORK, Investortrust.id - Saham perusahaan manufaktur mobil listrik milik miliarder Elon Musk, Tesla, anjlok dalammenyusul perseteruan Musk secara terbuka dengan Presiden Donald Trump.
Saham perusahaan mobil listrik tersebut ditutup turun 14% pada perdagangan Kamis (5/6/2025), dan menghapus kapitalisasi pasar Tesla hingga US$150 miliar. Angka ini merupakan penurunan harian terbesar dalam sejarah perusahaan, kendati tidak ada kabar lain seputar kinerja bisnis Tesla.
Aksi jual besar-besaran terjadi di bursa setelah Musk langsung menanggapi kritik Trump dengan serangkaian unggahan di media sosial yang semakin mempertajam serangannya terhadap rancangan undang-undang pajak milik Trump.
Trump pun membalas dengan menyatakan bahwa Musk kecewa karena rancangan undang-undang itu mencabut insentif pajak untuk pembelian kendaraan listrik.
Perseteruan terbuka dengan Trump diperkirakan bisa menjadi penghalang serius bagi Tesla maupun kerajaan bisnis Musk yang lain untuk bisa berkembang di dalam negeri.
Baca Juga
Trump dan Elon Musk Pecah Kongsi, Saling Serang di Media Sosial
Departemen Transportasi AS, yang mengatur standar desain kendaraan, juga memiliki pengaruh besar untuk menentukan apakah Tesla bisa memproduksi massal robotaksi tanpa pedal dan kemudi, yang tengah dikembangkan oleh Tesla.
Badan yang sama juga tengah menyelidiki perangkat lunak bantuan pengemudi Tesla, yang dikenal sebagai "Full Self-Driving", setelah terjadi kecelakaan fatal.
"Pandangan politik Elon terus merugikan saham. Pertama dia berpihak ke Trump, membuat kecewa banyak calon pembeli dari kalangan Demokrat. Sekarang dia malah berbalik menyerang pemerintahan Trump," kata Dennis Dick, pemegang saham Tesla sekaligus Kepala Strategi di Stock Trader Network, seperti dikutip businessplus.ie.
Sedangkan Ross Gerber, CEO perusahaan investasi Gerber Kawasaki yang juga pemegang saham Tesla mengatakan bahwa perseteruan Musk dengan Trump menciptakan "energi negatif terhadap Tesla" yang bisa menghambat proses regulasi dan membuka risiko penyelidikan pemerintah yang lebih besar.
"Semua keuntungan yang tadinya diperkirakan akan dia peroleh, kini justru berubah menjadi kerugian," kata Gerber.
Musk, yang merupakan orang terkaya di dunia dan sempat menjadi tokoh utama dalam rencana pemangkasan anggaran pemerintah lewat Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE), mengkritik keras "RUU besar nan indah" milik Trump pekan ini. Hal ini ia sampaikan setelah memutuskan untuk mengurangi keterlibatannya di Gedung Putih dan kembali fokus ke perusahaan-perusahaannya.
Setelah penurunan saham Tesla pada hari Kamis (5/6/2025), kekayaan bersih Musk anjlok sekitar US$27 miliar menjadi US$388 miliar, menurut Forbes.

