Sengit Berseteru dengan Elon Musk, Donald Trump Tak Bisa Pegang Komitmen
JAKARTA, investortrust.id – Perseteruan sengit antara bos Tesla, Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump tak bisa dianggap remeh. Pertikaian dua orang yang semula bersahabatitu mengindikasikan Donald Trump tak bisa memegang komitmen. Alhasil, kebijakan Trump bisa berubah kapan saja.
Chief Executive Officer (CEO) Tesla, Elon Musk resmi mengakhiri masa jabatannya di pemerintahan Trump sebagai Kepala Department of Government Efficiency pada Mei 2025. Usai meninggalkan jabatannya, Musk menyampaikan kritik tajam terhadap rancangan undang-undang (RUU) belanja yang diusulkan Trump di kongres.
Baca Juga
Buntut Perseteruan Elon Musk dan Donald Trump, Saham Tesla Anjlok 14%
Dikutip CNBC, kritik ini memunculkan perseteruan daring. Musk dan Trump saling menghina di platform media masing-masing. Musk menyebut “satu RUU yang besar dan indah” sebagai “kekejian” dan menggalang pengikutnya di X untuk “membatalkan RUU tersebut.”
Trump membalas kritik tersebut. Dia menyebut Musk “gila” dan mengancam akan mengakhiri kontrak pemerintah dan memotong subsidi untuk Tesla.
Akibat konflik tersebut, saham Tesla sempat anjlok 14% pada Kamis (5/6/2025). Kondisi ini membuat kekayaan Musk anjlok US$ 34 miliar berdasarkan indeks miliarder Bloomberg.
Pertengkaran ini menyebabkan runtuhnya hubungan yang memadukan bisnis, politik, dan kekuasaan dengan cara yang belum pernah terjadi dalam sejarah AS.
Baca Juga
Menurut ekonom Universitas Andalas Sumatera Barat, Syafruddin Karimi, dinamika politik AS ini menunjukkan sosok Trump yang sulit memegang komitmen.
“Ini dapat berimplikasi terhadap hubungan internasional yang dapat berubah sewaktu-waktu, bahkan di antara sekutu strategis,” kata Syafruddin, Sabtu (7/6/2025).
Syafruddin mengatakan, ketegangan yang memuncak ini menjadi konflik pribadi yang terbuka. Pertikaian keduanya melibatkan saling serang di media sosial, dan berujung pada ancaman politik serta kerugian ekonomi.
Syafruddin menambahkan, bagi negara-negara yang tengah mempersiapkan diri untuk bernegosiasi dagang dengan Trump, terutama di Asia dan kawasan berkembang, konflik ini menyimpan pelajaran penting.
Baca Juga
Wall Street Anjlok Terseret Saham Tesla, Investor Cermati Pembicaraan Trump-Xi
“Trump tidak memiliki rekam jejak kuat dalam memegang komitmen jangka panjang,” jelas dia.
Ketergantungan pada hubungan personal tanpa perlindungan kelembagaan, kata Syafruddin Karimi, akan menjadi risiko serius. Karena itu, strategi diplomasi dagang ke depan harus dibangun di atas dasar institusi yang kokoh, kontrak yang mengikat, dan kemampuan untuk cepat beradaptasi.
“Hubungan Trump dan Musk merupakan cermin paling berharga tentang bagaimana mudahnya loyalitas berubah menjadi konflik dalam lanskap ekonomi global yang makin rapuh,” ujar dia.

