Yield USTreasury Turun Tajam Setelah Rilis Data Ketenagakerjaan ADP
NEW YORK, investortrust.id - Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun signifikan pada perdagangan Rabu (4/6/2025) setelah data tenaga kerja sektor swasta dari ADP menunjukkan pelemahan tajam, diperburuk oleh ketidakpastian tarif dan ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok.
Baca Juga
ADP Catat Perekrutan Swasta AS Mei Hanya 37.000, Terendah dalam 2 Tahun
Yield Treasury 10 tahun anjlok ke 4,357% setelah turun lebih dari 10 basis poin, sementara yield obligasi dua tahun terkoreksi ke 3,866%. Yield obligasi 30 tahun juga menyentuh level terendah harian di 4,881%.
Pasar obligasi merespons keras laporan ADP yang menunjukkan hanya 37.000 pekerjaan baru di sektor swasta pada Mei. Ini adalah pertumbuhan terlemah sejak Maret 2023, jauh di bawah estimasi pasar yang memperkirakan 110.000. Laporan ini memperbesar kemungkinan bahwa pemulihan pasar tenaga kerja mulai kehilangan tenaga.
Presiden Donald Trump kembali meningkatkan tekanan kepada Federal Reserve agar segera memangkas suku bunga. Dalam unggahan terbarunya, ia menyebut Ketua The Fed Jerome Powell “terlambat mengambil tindakan.” Trump dan Powell dikabarkan sempat menggelar pertemuan pekan lalu, namun suasana disebut “konfrontatif.”
Menurut Bill Adams, Kepala Ekonom di Comerica Bank, meski data ADP lemah, The Fed kemungkinan masih akan menahan diri. “Pertumbuhan tenaga kerja memang melambat, tetapi belum cukup menjadi dasar pemangkasan suku bunga dalam jangka pendek,” ujarnya, seperti dikutip CNBC. Ia juga mencatat bahwa perlambatan imigrasi akan menurunkan kebutuhan penciptaan lapangan kerja untuk mempertahankan tingkat pengangguran tetap rendah.
Baca Juga
Trump Panggil Powell ke Gedung Putih, Desak Penurunan Suku Bunga?
Tarif Impor
Kekhawatiran investor kian membesar setelah indeks jasa ISM juga turun ke 49,9% pada Mei, berada di bawah ambang ekspansi dan memperlihatkan perlambatan luas pada permintaan baru dan backlog pesanan. Sentimen diperburuk oleh diberlakukannya tarif impor baja dan aluminium sebesar 50% yang dikhawatirkan akan memicu inflasi biaya input di berbagai industri.
Ketidakpastian arah hubungan dagang AS dan Tiongkok kembali mencuat. Trump menyebut Presiden Xi Jinping “sangat sulit diajak membuat kesepakatan,” sementara pejabat Tiongkok meminta AS untuk “bertemu di tengah jalan.” CNBC melaporkan bahwa kedua pemimpin dijadwalkan melakukan pembicaraan dalam waktu dekat.

