Harga Minyak Naik Setelah OPEC+ Pertahankan Kuota Produksi
NEW YORK, investortrust.id - Negara-negara anggota OPEC+ pada Rabu (28/5/2025) sepakat untuk mempertahankan kuota produksi resmi mereka, sementara perhatian pasar kini beralih ke potensi peningkatan output dari delapan negara anggota yang selama ini menerapkan pemangkasan produksi secara sukarela.
Baca Juga
Aliansi OPEC+ selama ini menjalankan perjanjian produksi secara kolektif, dengan tambahan dua kebijakan pemangkasan yang dilakukan secara informal oleh kelompok delapan negara tersebut. Berdasarkan kebijakan resmi, seluruh anggota OPEC+ memangkas produksi sekitar 2 juta barel per hari hingga akhir 2026.
Dalam pernyataan resminya, negara-negara OPEC+ menyatakan telah sepakat untuk “menegaskan kembali tingkat total produksi minyak mentah untuk negara-negara peserta OPEC dan non-OPEC,” seperti yang telah disepakati pada pertemuan Desember lalu.
Harga minyak menguat tak lama setelah pertemuan OPEC+ berakhir. Kontrak ICE Brent untuk pengiriman Juli ditutup di level 64,90 dolar AS per barel, naik 81 sen atau 1,26%. Kontrak WTI NYMEX bulan Juli ditutup naik 95 sen atau 1,56% menjadi 61,84 dolar AS per barel.
Terpisah dari kebijakan formal, delapan negara utama — termasuk Rusia dan Arab Saudi, bersama dengan Aljazair, Irak, Kazakhstan, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab — juga masih menjalankan pemangkasan tambahan sebesar 1,66 juta barel per hari hingga akhir tahun depan berdasarkan kesepakatan opt-in.
Hingga akhir Maret, delapan negara tersebut juga menerapkan pemangkasan sukarela gabungan tambahan sebesar 2,2 juta barel per hari, yang kini secara bertahap mulai dikembalikan. Berdasarkan pengumuman terbaru, sekitar 1 juta barel per hari dari volume tersebut akan dikembalikan ke pasar selama periode April hingga Juni. Peninjauan terhadap potensi langkah lanjutan untuk produksi Juli akan dilakukan akhir pekan ini.
Seorang delegasi OPEC+, yang berbicara secara anonim kepada CNBC, menyebut bahwa peningkatan produksi pada Juli sangat mungkin terjadi. Delegasi lainnya mengatakan bahwa kenaikan tersebut dapat mencapai 411.000 barel per hari, sama dengan jumlah kenaikan yang telah dijadwalkan untuk Mei dan Juni.
Waktu dari rencana peningkatan ini bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran dalam tubuh OPEC+ mengenai beberapa anggota yang tidak patuh terhadap kuota produksi mereka — termasuk Kazakhstan, Irak, dan Rusia.
“Kelompok ini sudah melakukan yang terbaik, tapi tidak cukup hanya dari kelompok ini saja, kami juga membutuhkan bantuan dari negara lain,” ujar Suhail Mohamed al-Mazrouei, Menteri Energi Uni Emirat Arab dalam panel World Utilities Congress yang diadakan oleh CNBC.
Pada Rabu, negara-negara OPEC+ juga meminta Sekretariat OPEC untuk menilai kapasitas produksi berkelanjutan masing-masing negara guna menentukan baseline baru untuk tahun 2027 — yang akan menjadi acuan penetapan kuota produksi dalam perjanjian OPEC+ mendatang.
Pertemuan tingkat menteri OPEC+ selanjutnya dijadwalkan berlangsung pada 30 November mendatang.
Lonjakan Musim Panas
Permintaan minyak biasanya melonjak selama musim panas seiring dimulainya musim perjalanan dan meningkatnya kebutuhan pembangkitan listrik untuk pendingin udara, terutama di negara-negara Timur Tengah.
Baca Juga
Dalam catatan yang dirilis awal pekan ini, Giovanni Staunovo, Strategis UBS, menyebutkan bahwa pasar minyak pada kuartal pertama tahun ini “cukup seimbang,” berbanding terbalik dengan proyeksi surplus pasokan sebelumnya.
“Kami memperkirakan akan ada revisi terhadap proyeksi permintaan dan pasokan seiring masuknya lebih banyak data. Dengan permintaan yang secara musiman meningkat dan delapan negara OPEC+ yang masih akan mengembalikan sebagian dari volume produksinya pada Juli, kami memperkirakan harga minyak akan bergerak mendatar dalam rentang 60 hingga 70 dolar AS per barel dalam beberapa bulan mendatang,” beber Staunovo.
Menteri Energi UEA al-Mazrouei juga menegaskan pentingnya memperhatikan sisi permintaan, seraya mengatakan, “Kita harus waspada terhadap permintaan. Permintaan sedang meningkat. Dan permintaan bisa mengejutkan kita, jika kita tidak cukup berinvestasi.”

