OPEC+ Isyaratkan Kenaikan Produksi, Harga Minyak Merosot
NEW YORK, investortrust.id - Harga minyak global tertekan pada perdagangan Selasa (27/5/2025), di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa OPEC+ akan menaikkan produksi dalam pertemuan penting akhir pekan ini.
Baca Juga
Pembicaraan Nuklir AS-Iran Terancam Gagal, Harga Minyak Bergerak Naik
Tekanan tambahan datang dari pemulihan sentimen dagang global, menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump menunda pengenaan tarif terhadap Uni Eropa.
Kontrak Brent turun 1% menjadi 64,09 dolar AS per barel, sedangkan minyak WTI ditutup melemah 1,04% ke 60,89 dolar AS per barel, setelah libur pasar pada Senin.
“Minyak mentah bergerak melemah saat pasar mulai mempertimbangkan prospek peningkatan pasokan dari OPEC,” ujar Daniel Hynes, Ahli Strategi Komoditas Senior di ANZ, dalam catatannya kepada klien.
Fokus Pasar
OPEC+ diperkirakan akan memfinalisasi target produksi bulan Juli dalam pertemuan virtual yang dijadwalkan pada 28 Mei. Sejumlah sumber Reuters menyebutkan bahwa volume tambahan yang akan dibahas mencapai 411.000 barel per hari.
Baca Juga
Secara terpisah, delapan anggota OPEC+ yang sebelumnya melakukan pemangkasan sukarela tambahan akan menggelar pertemuan lanjutan pada 31 Mei, satu hari lebih awal dari rencana semula.
Langkah ini terjadi setelah OPEC+ menyepakati peningkatan produksi untuk bulan Juni, yang merupakan percepatan dua bulan berturut-turut di tengah dinamika pasokan global yang masih rapuh.
Sentimen Global
Dari sisi geopolitik, keputusan Presiden Trump untuk memperpanjang pembicaraan dagang dengan Uni Eropa hingga 9 Juli membantu meredakan ketakutan pasar akan pelemahan permintaan bahan bakar akibat tarif baru.
Baca Juga
Presiden Komisi Eropa Telepon Trump, Tarif 50% Ditunda hingga 9 Juli
Di saat bersamaan, Iran menaikkan harga jual resmi minyak mentah ringan untuk pembeli Asia menjadi 1,80 dolar AS di atas rata-rata Oman/Dubai untuk pengiriman Juni, lebih tinggi dibandingkan premi 1,65 dolar AS pada Mei.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyatakan bahwa negaranya akan tetap bertahan jika perundingan nuklir dengan AS tidak menghasilkan kesepakatan. Gagalnya perundingan berpotensi memperpanjang sanksi terhadap ekspor minyak Iran, yang secara teknikal dapat menopang harga di tengah potensi lonjakan pasokan dari OPEC+.

