Pemerintah Masih Negosiasi dengan AS soal Tambahan Kuota Impor Minyak dan LPG, Ini 'Update'-nya
JAKARTA, investortrust.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, hingga saat ini belum ada kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) terkait penambahan kuota impor minyak dan liquefied petroleum gas (LPG) dari Negeri Paman Sam tersebut.
Pemerintah berencana menambah porsi impor dari Amerika merespons penerapan tarif timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% terhadap Indonesia. Bahlil menerangkan, permasalahan Indonesia dengan Amerika soal surplus neraca perdagangan.
Baca Juga
RI Tambah Impor LPG dan Minyak dari AS untuk Nego Tarif Trump, Nilainya Rp 168 Triliun
Dia menyebutkan, hingga saat ini, tim negosiasi dengan Pemerintah Amerika sedang berjalan. Tim dari Kementerian ESDM dengan tim dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pun telah melakukan pembahasan.
“Belum ada satu keputusan yang pasti tentang poin-poin mana saja yang akan disepakati, maka kami sampai sekarang belum melakukan eskalasi terhadap impor tambahan,” kata Bahlil saat ditemui di Sekretariat Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/5/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap AS tercatat US$ 14,6 miliar. Diharapkan, dengan penambahan impor dari Amerika akan mengurangi reciprocal tariff yang dikenakan terhadap Indonesia.
“Sekarang impor LPG kita dari Amerka masih 59%, kemudian crude-nya kita juga impor sekitar 6-7%. Nah itu yang kita akan tingkatkan nanti setelah ada keputusan bersama. Belum (ada update) sampai sekarang,” sebut mantan Menteri Investasi tersebut.
Baca Juga
Sebelum ini, Bahlil menyampaikan bahwa rencananya Indonesia bakal menambah impor minyak dan LPG dengan nominal di atas US$ 10 miliar. Namun, bukan berarti impor minyak dan LPG dari negara-negara lain akan dihentikan sepenuhnya.
“Tidak distop. Volumenya yang mungkin dikurangi. Masih dalam exercise, kita lagi menghitung,” ucap Bahlil.

