Harga Minyak Ambles Setelah Trump Isyaratkan Kesepakatan Nuklir Iran
NEW YORK, investortrust.id - Harga minyak global merosot tajam pada Kamis (15/5/2025) setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Washington sedang dalam tahap akhir negosiasi kesepakatan nuklir dengan Iran. Pernyataan tersebut langsung menimbulkan ekspektasi pasar akan lonjakan pasokan minyak mentah dari kawasan Teluk, seiring potensi pencabutan sanksi ekonomi terhadap Teheran.
Baca Juga
Kontrak minyak Brent untuk pengiriman Juli ditutup melemah 2,36% ke level 64,53 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak acuan WTI juga tertekan 2,42% ke posisi 61,62 dolar AS per barel.
“Kami sedang berada dalam negosiasi yang sangat serius dengan Iran untuk perdamaian jangka panjang,” kata Trump saat berada di Doha, Qatar, dalam kunjungan kenegaraan di Timur Tengah.
Beberapa jam sebelumnya, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan kepada NBC News bahwa Iran bersedia menandatangani kesepakatan dengan syarat utama berupa penghapusan sanksi ekonomi.
Prospek pemulihan ekspor minyak Iran dipandang sebagai katalis negatif bagi harga minyak dalam jangka pendek. Analis PVM, Tamas Varga, menyebutkan bahwa ekspor Iran berpotensi naik signifikan.
“Jika kesepakatan efektif dan Iran menghentikan pengayaan uranium, ekspor minyaknya bisa bertambah hingga 1 juta barel per hari. “Ini memang negatif untuk harga, tapi bisa diredam jika OPEC+ menunda pelonggaran pasokan tambahan,” urai Varga melalui email kepada CNBC.
OPEC+ sendiri belakangan telah menaikkan produksi. Kelompok yang dipimpin Arab Saudi ini memutuskan untuk menambah output sebesar 411.000 barel per hari pada Juni, setelah langkah serupa pada Mei.
Baca Juga
Tekanan Domestik Iran
Ekonomi Iran telah mengalami kemerosotan tajam sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Kesepakatan yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) ini awalnya dibuat pada 2015 oleh pemerintahan Obama, bersama Rusia, China, Uni Eropa, dan Inggris, untuk membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.
Dengan mata uang yang melemah drastis, krisis biaya hidup, dan gelombang protes yang berkepanjangan, Republik Islam itu juga kehilangan sekutu utamanya di Timur Tengah tahun lalu saat rezim Assad tumbang di Suriah. Sementara itu, musuh bebuyutan Iran, Israel, dilaporkan telah menghabisi sebagian besar pimpinan senior Hizbullah. sekutu utama Teheran di Lebanon.
Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran yang sebelumnya menentang keras negosiasi dengan AS, kabarnya dibujuk oleh sejumlah pejabat tinggi Iran yang mengoordinasikan upaya untuk mengubah pendiriannya. Langkah itu dianggap penting bagi kelangsungan rezim.

