Pasar Asia Bergerak Positif, Inflasi Jepang dan PPI Korsel Jadi Fokus Investor
TOKYO, investortrust.id – Mayoritas bursa saham Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (24/5), dipicu respons positif investor terhadap rangkaian data ekonomi regional meskipun ketidakpastian global masih membayangi.
Baca Juga
Kejatuhan Wall Street Berimbas ke Asia, Nikkei 225 Jepang Dibuka Anjlok
Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,48% pada awal sesi, disusul Topix yang naik 0,5%. Kospi Korea Selatan juga terapresiasi 0,36% di tengah ekspektasi perlambatan inflasi produsen. Namun, indeks Kosdaq terkoreksi 0,34%.
Di Australia, S&P/ASX 200 mencatat kenaikan tipis 0,16%. Sebaliknya, kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong berada di 23.492, lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir 23.544,31.
Data yang menjadi perhatian utama investor adalah lonjakan inflasi inti Jepang yang mencapai 3,5% pada April, tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir. Kenaikan ini didorong oleh harga pangan, khususnya beras, yang melonjak tajam.
Kenaikan harga ini semakin menempatkan Bank of Japan (BOJ) dalam posisi sulit, mengingat tekanan dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dan ketidakpastian arah suku bunga berikutnya.
Baca Juga
Inflasi Inti Jepang April Melaju 3,5%, Tertinggi dalam Lebih dari 2 Tahun
"Data ini memperlihatkan bahwa tekanan inflasi berbasis permintaan mulai terlihat, sehingga membuat ruang gerak BOJ untuk menunda kenaikan suku bunga menjadi semakin terbatas," ujar seorang analis makroekonomi di Tokyo yang enggan disebut namanya, seperti dikutip CNBC.
Selain itu, investor juga mencerna data indeks harga produsen (PPI) Korea Selatan untuk April serta laporan penjualan ritel kuartalan dari Selandia Baru.
Di kawasan lain, Singapura dijadwalkan merilis data inflasi April hari ini, sementara Taiwan akan mempublikasikan data output industri.
Sementara itu, pasar saham AS tampak kurang bergairah pada penutupan Kamis waktu New York. Dow Jones turun tipis 1,35 poin ke 41.859,09, sedangkan S&P 500 melemah 0,04% ke 5.842,01. Nasdaq justru menguat 0,28% ke level 18.925,73.
Baca Juga
Wall Street Loyo, Investor Waspadai Lonjakan Yield Obligasi AS
Investor global tetap waspada menyusul kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun yang menyentuh level tertinggi sejak 2023. Kenaikan tersebut dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap dampak anggaran besar pemerintah AS, menyusul disahkannya rancangan undang-undang yang berpotensi meningkatkan defisit negara secara signifikan.

