Yield USTreasury 30-Tahun Melemah, tapi Masih di Atas 5%
NEW YORK, investortrust.id - Imbal hasil obligasi pemerintah AS melemah dari level tertingginya setelah DPR AS meloloskan rancangan undang-undang pajak yang memicu kekhawatiran pasar karena biayanya yang sangat besar.
Baca Juga
Pasar Obligasi AS Bergejolak, Yield USTreasury 30-Tahun Tembus 5%
Imbal hasil obligasi Treasury 30 tahun turun 4 basis poin menjadi 5,052%. Sebelumnya pada pagi hari sempat menyentuh 5,14%, level tertinggi sejak Oktober 2023. Imbal hasil Treasury 10 tahun turun hampir 6 basis poin menjadi 4,541%, sedangkan imbal hasil Treasury 2 tahun melemah 2 basis poin menjadi 3,994%.
Defisit anggaran AS menjadi perhatian investor obligasi sejak Moody's menurunkan peringkat kredit negara tersebut akhir pekan lalu, serta karena partai Republik terlibat negosiasi soal rincian rancangan anggaran besar-besaran dari Presiden Donald Trump minggu ini.
DPR AS mengirimkan rancangan undang-undang tersebut ke Senat pada Kamis pagi. RUU Trump yang disebut “big beautiful bill” berisi pemotongan pajak dan tambahan belanja militer, yang menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO/Congressional Budget Office) akan menambah defisit hampir $4 triliun.
Investor khawatir bahwa RUU ini dapat memberikan tekanan tambahan terhadap pasar obligasi yang sudah melemah karena kekhawatiran bahwa tarif Trump mendorong inflasi.
“Dalam jangka panjang, ini akan membengkakkan defisit. Dalam jangka panjang, ini adalah berita buruk bagi pasar. Imbal hasil akan terus naik, yang berarti harga akan turun karena Treasury menjadi semakin kurang menarik dan kurang dapat dipercaya, karena defisit anggaran tetap sangat tinggi dalam waktu yang lama tanpa tanda-tanda kembali normal,” urai Jed Ellerbroek, manajer portofolio di Argent Capital Management, dalam wawancara dengan CNBC.
Baca Juga
Moody’s Turunkan Peringkat Kredit AS, Soroti Beban Utang Pemerintah yang Membengkak
Imbal hasil Treasury 30 tahun pada akhir pekan lalu berada di sekitar 4,9%. Pada April, yield sempat turun ke 4,29%. Namun pekan ini melonjak, dengan kenaikan terbesar terjadi pada hari Rabu.
Lelang obligasi Treasury 20 tahun yang buruk pada hari Rabu turut memicu lonjakan yield, menunjukkan minat investor yang melemah untuk terus membiayai defisit AS, apalagi dengan potensi defisit yang semakin besar akibat RUU pajak tersebut.
Saat pemerintah AS menerbitkan lebih banyak utang untuk membiayai RUU itu, peningkatan pasokan dapat menekan harga dan lebih jauh lagi mendorong kenaikan imbal hasil.

