Wall Street Loyo, Investor Waspadai Lonjakan Yield Obligasi AS
NEW YORK, investortrust.id – Pasar saham AS tampak kurang bergairah pada perdagangan Kamis waktu AS atau Jumat (23/5/2025) WIB. Indeks S&P 500 ditutup nyaris tanpa perubahan, karena investor masih bergulat dengan kekhawatiran kenaikan suku bunga dan defisit anggaran AS yang semakin membengkak.
Baca Juga
Wall Street Ambruk Dibayangi Kekhawatiran Defisit AS, Dow Nyungsep 800 Poin
Imbal hasil obligasi Treasury 30 tahun menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2023 setelah anggota parlemen meloloskan RUU yang dikhawatirkan dapat memperburuk defisit AS.
Dow Jones Industrial Average turun tipis 1,35 poin ke level 41.859,09. S&P 500 turun 0,04% menjadi 5.842,01, sedangkan Nasdaq Composite naik 0,28% menjadi 18.925,73.
Dalam pemungutan suara berdasarkan garis partai pada Kamis pagi, anggota DPR meloloskan RUU yang mencakup pemotongan pajak dan tambahan belanja militer. RUU ini — yang sekarang menuju ke Senat — berpotensi menambah utang pemerintah AS triliunan dolar dan meningkatkan defisit pada saat kekhawatiran akan inflasi akibat tarif Trump telah membebani harga obligasi dan mendorong yield naik. Kantor Anggaran Kongres memperkirakan RUU tersebut bernilai hampir $4 triliun.
“Dalam jangka pendek, RUU pajak ini baik untuk ekonomi. Ini akan mendorong pertumbuhan PDB pada 2026. RUU ini menurunkan pajak bagi banyak orang, meningkatkan pengeluaran, terutama untuk pertahanan, dan itu semua bersifat stimulatif bagi ekonomi,” kata Jed Ellerbroek, manajer portofolio di Argent Capital Management, dalam wawancara dengan CNBC.
Namun ia mencatat bahwa dalam jangka panjang, langkah ini justru menambah defisit dan merupakan berita buruk bagi pasar.
“Imbal hasil naik, yang berarti harga turun karena Treasury menjadi semakin kurang menarik dan kurang dapat dipercaya, karena defisit anggaran tetap sangat tinggi dalam waktu yang lama tanpa tanda-tanda kembali normal,” tambah Ellerbroek.
Baca Juga
Pasar Obligasi AS Bergejolak, Yield USTreasury 30-Tahun Tembus 5%
Yield obligasi Treasury 30 tahun pada Kamis sempat menyentuh 5,161%, tertinggi sejak 2023, sebelum akhirnya turun di sesi akhir. Yield acuan 10 tahun juga mundur dari level tertingginya pada hari itu.
Kenaikan suku bunga jangka panjang — yang menjadi acuan untuk pinjaman konsumen — dapat menekan ekonomi yang sudah terbebani oleh tarif universal Trump yang baru diterapkan.
Lelang obligasi Treasury 20 tahun yang lemah turut memicu lonjakan yield dan aksi jual saham pada hari Rabu. Minat investor terhadap obligasi Treasury bisa makin menurun jika RUU ini lolos di Senat.

