Trump Kembali Kritik Powell, Desak The Fed Segera Pangkas Suku Bunga
WASHINGTON, investortrust.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan kritik tajam terhadap Federal Reserve, khususnya kepada Gubernur Jerome Powell. Ia mendesak bank sentral untuk memangkas suku bunga acuan “lebih cepat, bukan lebih lambat.”
Baca Juga
Melalui unggahan di platform media sosial miliknya, Sabtu (17/5/2025), Trump menyatakan, “Kesepakatan hampir semua orang adalah bahwa, ‘The Fed harus memangkas suku bunga lebih cepat, bukan lebih lambat.’” Ia menambahkan sindiran langsung kepada Powell dengan mengatakan, “Terlambat lagi Powell, pria yang legendaris karena selalu terlambat, mungkin akan mengacaukannya lagi,” tulis Trump, seperti dikutip Reuters.
Komentar ini menambah panjang daftar tekanan politik terhadap The Fed, yang dalam beberapa bulan terakhir menghadapi ekspektasi pasar agar segera beralih ke siklus pelonggaran moneter. Pasar uang telah memperkirakan setidaknya satu pemangkasan suku bunga pada semester kedua tahun ini, seiring data inflasi AS yang mulai menunjukkan pelambatan dan kekhawatiran atas pelemahan aktivitas sektor manufaktur.
Trump bukan sekali ini menyerang Powell. Pada 4 April lalu, Trump menyerukan kepada Ketua Federal Reserve Jerome Powell untuk menurunkan suku bunga, meskipun kebijakan tarifnya telah mengguncang pasar dan memicu kekhawatiran akan kembalinya inflasi.
Ketika itu Trump juga mengkritik Powell, yang kerap diledek sebagai Mr Too Late. “Dia selalu ‘terlambat,’ tapi sekarang dia bisa mengubah citranya, dan dengan cepat,” tulis Trump dalam unggahan di Truth Social. “Harga energi turun, suku bunga turun, inflasi turun, bahkan harga telur turun 69%, dan lapangan kerja naik, semua dalam dua bulan – Kemenangan besar bagi Amerika. Turunkan suku bunga, Jerome, dan berhentilah bermain politik!”
Unggahan Trump itu muncul di tengah penurunan tajam pasar saham global. Kebijakan tarif baru presiden, yang diumumkan pada Rabu (2/5/2025), telah menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Kebijakan perdagangan baru ini juga mungkin menjadi penghalang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga. Bank sentral telah menghentikan penurunan suku bunga dalam beberapa pertemuan terakhir, sebagian karena kemajuan dalam pengendalian inflasi tampak stagnan. Tarif baru ini dapat menyebabkan lonjakan harga yang meluas, setidaknya untuk sementara, yang membuat gambaran inflasi semakin rumit.
Ketika itu, Powell mengatakan kepada para jurnalis bisnis di Arlington, Virginia, bahwa The Fed “berada dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan lebih lanjut” sebelum mengambil langkah seperti pemangkasan suku bunga. Ia juga menyatakan bahwa tarif yang diumumkan “jauh lebih besar dari yang diperkirakan.”
Saat menjabat sebagai presiden di periode pertama, Trump juga secara konsisten menekan The Fed agar lebih agresif dalam menurunkan suku bunga, terutama menjelang pemilu 2020. Powell, yang diangkat oleh Trump pada 2018, kerap menjadi sasaran kritik karena dianggap lamban merespons dinamika pasar dan geopolitik.
Meskipun saat ini The Fed mempertahankan suku bunga di level tertinggi dalam lebih dari dua dekade, beberapa pejabat bank sentral mulai mengisyaratkan ruang pelonggaran jika tren disinflasi berlanjut. Namun, Powell sendiri dalam beberapa pernyataan publik tetap bersikap hati-hati dan menegaskan perlunya “keyakinan yang lebih besar” bahwa inflasi benar-benar bergerak menuju target 2%.
Gara-gara Powell tak menggubris desakannya, Trump bahkan sempat mengisyaratkan untuk ‘memecat’ pemimpin bank sentral itu. Tapi, Powell bergeming, tetap pada pendiriannya. Sebelumnya, Powell pernah mengatakan bahwa presiden tidak memiliki wewenang untuk memecatnya, dengan menegaskan bahwa hal itu “tidak diizinkan oleh undang-undang.”
Baca Juga
Trump Kembali Desak The Fed Pangkas Suku Bunga, Isyaratkan ‘Pemecatan’ Powell
Pernyataan Trump berpotensi membangkitkan kembali diskusi tentang independensi bank sentral, sebuah topik sensitif yang selama ini menjadi pijakan utama kredibilitas The Fed. Pengamat menilai dinamika antara tekanan politik dan respons kebijakan moneter tetap menjadi faktor risiko dalam membaca arah suku bunga jangka pendek.
FOMC berikutnya dijadwalkan bulan depan. Pasar akan mencermati dengan seksama pernyataan Powell dan data ekonomi lanjutan.

