Ekonom Ramal The Fed Pangkas Suku Bunga AS hingga 100 Bps di Tahun 2025
JAKARTA, investortrust.id - Chief Economist PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau Permata Bank Josua Pardede memproyeksikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) berpotensi dipangkas dalam kisaran 75 hingga 100 basis poin (bps) pada tahun 2025 ini.
Hal ini diutarakan Josua dalam acara PIER Q1 2025 Economic Review & Media Gathering bertajuk "How to Survive the Uncertainty Global Economic" di Kantor Permata Bank, WTC II, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
“Kalau kita mencermati data inflasi AS terakhir dan data potensi pelemahan tenaga kerja AS ke depannya, memang akan ada potensi ruang penurunan suku bunga di tahun ini. Kami melihat potensi penurunannya sekitar 75 hingga 100 bps di tahun ini,” ujar Josua.
Josua menjelaskan, prakiraan itu menyusul kondisi inflasi AS yang sudah berada pada level rendah, kondisi sektor ketenagakerjaan, dan pertumbuhan ekonomi AS yang sedang dalam tren perlambatan. Dengan proyeksi ini, maka suku bunga AS alias Fed Funds Rate (FFR) akan berada pada kisaran 3,25% hingg 3,5% pada akhir tahun 2025 dari posisi saat ini yang berada pada kisaran 4,25% hingga 4,5%.
Lebih lanjut, Josua menyebut, ruang penurunan FFR masih terbuka meskipun The Fed masih akan melihat bagaimana perkembangan data tenaga kerja dan inflasi ke depan. Adapun hal ini disampaikan Josua merujuk pada pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell dan pejabat The Fed lainnya.
Baca Juga
Ekonom PermataBank Sebut Penurunan BI Rate Berpotensi Tekan Cost of Fund Perbankan
Di sisi lain, Josua membeberkan bahwa potensi penurunan FFR selanjutnya berimplikasi pada suku bunga di berbagai negara termasuk Indonesia. Dalam kesempatan ini, Josua memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 50 bps pada tahun ini, sehingga berada pada level 5,25% pada akhir tahun.
Josua menambahkan, BI baru akan menurunkan suku bunga acuan BI-Rate di semester II mendatang, bukan dalam waktu dekat ini. Adapun pada Mei 2025, Josua memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%, yang mana hal ini turut mempertimbangkan kondisi rupiah pada Mei yang cenderung masih sedikit melemah.
“Meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan yang tampak lesu dapat membuka ruang bagi pelonggaran moneter. Jika ketidakpastian global mereda dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menguat, maka Bank Indonesia dapat memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) hingga 50 basis poin sepanjang sisa tahun ini,” jelas Josua.
Baca Juga
Ekonom PermataBank: Lima Hal Ini Jadi Alasan BI Rate Dipangkas Jadi 6%
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 5,75%. Selain suku bunga acuan, BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility 5,00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50% pada April 2025.
"Rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22 dan 23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu (23/4/2025) secara daring.
Menurut Perry keputusan tersebut sejalan dengan upaya BI menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%. Kemudian juga mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang tinggi, serta turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Ke depan BI terus mencermati ruang penurunan BI Rate lebih lanjut dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah," ujarnya.

