Dibayangi Ketidakpastian Pasokan, Harga Minyak Rebound
NEW YORK, investortrust.id - Harga minyak global mencatatkan penguatan mingguan kedua, didukung oleh meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Namun, tren pemulihan ini masih dibayangi oleh potensi peningkatan pasokan dari Iran dan ekspektasi surplus pasokan global tahun depan.
Baca Juga
Harga Minyak Ambles Setelah Trump Isyaratkan Kesepakatan Nuklir Iran
“Kesepakatan nuklir yang mencabut sanksi dapat membuka jalan bagi Iran untuk meningkatkan ekspor minyak hingga 400.000 barel per hari,” tulis analis ING dalam risetnya, dikutip dari CNBC, Sabtu (17/5/2025). Meski belum final, sinyal kesepakatan tersebut cukup untuk membebani prospek harga dalam jangka pendek.
Sementara itu, langkah jeda tarif selama 90 hari yang disepakati oleh Washington dan Beijing telah mengurangi kekhawatiran perlambatan ekonomi global. Kondisi ini mendukung reli harga Brent dan WTI yang masing-masing naik sekitar 2% dalam sepekan terakhir.
Baca Juga
Terobosan Perang Dagang: AS-China Sepakat Pangkas Tarif Selama 90 Hari
Namun, pasar belum sepenuhnya keluar dari tekanan. Laporan Badan Energi Internasional mengungkapkan bahwa pertumbuhan pasokan 2025 direvisi naik sebesar 380.000 barel per hari, didorong oleh pemulihan produksi dari negara-negara OPEC+. Hal ini berpotensi menciptakan surplus pasokan, meski permintaan juga direvisi naik secara moderat.
“Ketidakpastian jangka panjang soal arah kebijakan dagang akan membatasi ruang kenaikan harga,” ujar analis BMI dalam laporan terbaru mereka. Lembaga tersebut memperkirakan rata-rata harga Brent turun ke 68 dolar AS per barel pada 2025, dibandingkan proyeksi 80 dolar AS pada 2024.
Pasar juga menanti kejelasan dari Federal Reserve terkait arah kebijakan suku bunga. Pemangkasan suku bunga dipandang dapat mendukung pemulihan ekonomi dan menstimulasi permintaan energi di tengah tekanan pasokan.

