Ekonomi AS Kuartal I-2025 Susut 0,3%, Ketidakpastian Tarif Trump Bayangi Aktivitas Bisnis
WASHINGTON, investortrust.id – Produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat menyusut 0,3% secara tahunan pada kuartal pertama 2025, menurut laporan Departemen Perdagangan AS yang dirilis Rabu (30/4/2025). Hal ini memicu kekhawatiran resesi di awal masa jabatan kedua Presiden Donald Trump.
Baca Juga
Survei CNBC Fed: Pertumbuhan Ekonomi AS Melambat, Kekhawatiran Resesi Meningkat
Angka pertumbuhan ekonomi ini mengejutkan pasar, yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% setelah PDB tumbuh 2,4% pada kuartal terakhir 2024. Ini merupakan kuartal pertama dengan pertumbuhan negatif sejak Q1 2022.
Penyebab utama kontraksi adalah lonjakan tajam impor, yang meningkat 41,3%—didorong oleh lonjakan 50,9% pada barang—karena pelaku usaha dan konsumen mempercepat pembelian sebelum tarif Trump diberlakukan awal April. Karena impor mengurangi perhitungan PDB, lonjakan ini menyumbang lebih dari 5 poin persentase negatif terhadap angka utama. Di sisi lain, ekspor naik 1,8%.
Konsumsi Melemah
Belanja konsumen, komponen utama PDB, tumbuh hanya 1,8%, kinerja terlemah sejak Q2 2023 dan turun signifikan dari 4% di kuartal sebelumnya. Namun, investasi domestik swasta melonjak 21,9%, didorong oleh kenaikan 22,5% pada belanja peralatan, yang kemungkinan besar juga dipicu oleh kebijakan tarif.
"Ini bukan kejutan besar. Perdagangan terganggu karena perusahaan buru-buru mengimpor barang sebelum tarif diberlakukan. Yang lebih penting untuk prospek ekonomi ke depan adalah konsumsi rumah tangga, dan itu cukup lemah," ujar Robert Frick, ekonom korporat di Navy Federal Credit Union, seperti dikutip CNBC.
Fed Hadapi Tekanan Ganda
Laporan ini memberi sinyal beragam bagi The Fed yang akan menggelar rapat kebijakan pekan depan. Di satu sisi, kontraksi ekonomi dapat mendorong pelonggaran suku bunga. Namun di sisi lain, inflasi justru meningkat tajam.
Indeks harga PCE - tolok ukur inflasi pilihan The Fed - melonjak 3,6% di kuartal ini, naik dari 2,4% di Q4. Inflasi inti (tanpa pangan dan energi) naik 3,5%, sementara indeks harga berantai (chain-weighted) naik 3,7%, jauh di atas estimasi 3%.
Pasar masih memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama pada pertemuan Juni, dan total empat kali penurunan tahun ini, mengindikasikan bahwa The Fed mungkin memprioritaskan pertumbuhan dibanding inflasi.
Baca Juga
Di tengah sinyal ekonomi yang goyah, data ketenagakerjaan akan menjadi sorotan berikutnya. Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) akan merilis laporan nonfarm payrolls Jumat mendatang. ADP telah melaporkan bahwa perekrutan sektor swasta melambat drastis menjadi hanya 62.000 pekerjaan pada April, memperkuat kekhawatiran akan pelemahan pasar tenaga kerja.

