Ekspektasi Inflasi AS Melonjak di Tengah Ketidakpastian Tarif
WASHINGTON, investortrust.id - Indeks sentimen konsumen Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan pelemahan signifikan, menandai titik terendah kedua sepanjang sejarah survei University of Michigan. Angka pada pembacaan awal Mei turun ke 50,8 dari 52,2 pada April, mempertegas kekhawatiran rumah tangga atas prospek ekonomi yang dibayangi risiko inflasi.
Baca Juga
Survei Michigan: Sentimen Konsumen AS Maret Merosot ke Level Terendah sejak 2022
Ekspektasi inflasi jangka pendek melonjak tajam menjadi 7,3%, tertinggi dalam setahun terakhir, seiring kekhawatiran bahwa tarif impor akan kembali mendorong harga-harga barang. Lonjakan ini terjadi meskipun sebagian besar tarif belum efektif secara luas, dan sebelum pengumuman jeda 90 hari tarif antara AS dan China.
“Tarif disebut secara spontan oleh hampir tiga perempat konsumen, naik dari sekitar 60% pada April; ketidakpastian atas kebijakan perdagangan terus mendominasi persepsi konsumen terhadap perekonomian,” jelas Joanne Hsu, direktur Surveys of Consumers, University of Michigan, seperti dikutip CNBC.
Sentimen pasar terhadap arah inflasi kini menjadi fokus utama. Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya menegaskan, bank sentral akan berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneter apabila ekspektasi inflasi jangka panjang terdorong naik oleh kebijakan tarif.
Baca Juga
The Fed Waspadai Era Baru Suku Bunga Tinggi, Powell: 'Guncangan Pasokan' Jadi Tantangan Besar
Meskipun CPI dan PPI untuk April mencatat hasil di bawah ekspektasi, kekhawatiran bahwa tekanan harga dari jalur perdagangan masih membayangi. Tarif efektif saat ini tetap lebih tinggi dibanding era pra-Trump, sehingga risiko transmisi inflasi belum sepenuhnya mereda.
Baca Juga
Rilis final indeks sentimen konsumen pada 30 Mei mendatang diperkirakan menjadi referensi penting, untuk melihat apakah jeda tarif mulai berdampak pada pembalikan arah persepsi publik.

