Dibayangi Kekhawatiran Tarif, Laba Industri China Kuartal I 2025 Masih Tumbuh
BEIJING, investortrust.id - Laba industri Tiongkok kembali mencatat pertumbuhan pada kuartal pertama 2025. Namun, kemungkinan pertumbuhannya akan kembali tertekan di tengah perang dagang dengan Amerika Serikat.
Baca Juga
Tak Mau Kalah dari AS, Xi Jinping Serukan Kemandirian AI China
Dengan tarif agresif Washington yang mengancam mesin ekspor krusial Tiongkok dan belum adanya kerangka waktu untuk pembicaraan dagang bilateral, para ekonom dan investor menunggu pemerintah Tiongkok meluncurkan lebih banyak langkah dukungan untuk meredam dampak terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
Laba kumulatif perusahaan industri Tiongkok naik 0,8% menjadi 1,5 triliun yuan ($205,86 miliar) pada kuartal pertama dibandingkan setahun sebelumnya, menurut data Biro Statistik Nasional (NBS). Ini membalikkan penurunan 0,3% pada dua bulan pertama. Khusus pada bulan Maret, laba naik 2,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kenaikan laba pada kuartal pertama ini mengikuti penurunan 3,3% pada tahun 2024, membalikkan tren penurunan laba kumulatif perusahaan yang terjadi sejak kuartal ketiga tahun lalu,” beber Yu Weining, seorang ahli statistik NBS, dalam pernyataan terpisah bersamaan dengan rilis data itu, dikutip dari CNBC, Senin (28/4/2025).
Berkat kampanye penukaran barang konsumsi, laba di sektor manufaktur perangkat pintar yang dapat dikenakan melonjak 78,8%, sementara laba produsen peralatan dapur rumah tangga naik 21,7%, demikian pernyataan tersebut.
Tiongkok melaporkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada kuartal pertama karena stimulus pemerintah mendorong konsumsi dan mendukung investasi, namun tekanan deflasi tetap ada, menggerogoti laba perusahaan dan pendapatan pekerja saat perusahaan berupaya menghadapi gangguan perdagangan yang meningkat.
Baca Juga
Di Tengah Kekhawatiran Tarif, PDB China Kuartal I Tumbuh Lampaui Perkiraan Capai 5,4%
“Pada tahap saat ini, lingkungan eksternal menjadi semakin kompleks. Faktor-faktor yang tidak stabil dan tak pasti, juga semakin meningkat,” ujar Yu, seraya menambahkan bahwa pemerintah akan memperkuat implementasi kebijakan lebih lanjut dan mendorong perbaikan berkelanjutan dalam profitabilitas perusahaan.
Beijing telah semakin gencar menyerukan para eksportir untuk mencari pembeli lokal sebagai alternatif pasar AS, yang kini secara efektif membeku setelah Washington menaikkan tarif atas barang-barang Tiongkok sebesar 145%. Namun, banyak pabrik yang bergantung pada ekspor mengeluhkan lemahnya permintaan domestik, perang harga, laba rendah, dan keterlambatan pembayaran di pasar Tiongkok.
Politbiro Partai Komunis yang berkuasa pada hari Jumat berjanji untuk mendukung perusahaan dan pekerja yang paling terdampak oleh dampak tarif AS, serta mengatakan bahwa alat moneter baru dan instrumen pembiayaan kebijakan akan disiapkan untuk mendorong inovasi, konsumsi, dan perdagangan luar negeri.
Laba perusahaan milik negara turun 1,4% pada kuartal pertama. Perusahaan sektor swasta mengalami penurunan 0,3%, namun perusahaan asing mencatat kenaikan 2,8%, menurut rincian data NBS.
Angka laba industri mencakup perusahaan dengan pendapatan tahunan setidaknya 20 juta yuan dari operasi utamanya.

