Dibayangi Tarif Trump, Vietnam Tetap Kejar Target Pertumbuhan 8%
HANOI, Investortrust.id – Perdana Menteri Vietnam, Pham Minh Chinh, menyatakan pemerintah tetap optimistis mengejar target pertumbuhan ekonomi minimal 8% di tahun 2025, meskipun dibayangi oleh ancaman tarif impor tinggi dari Amerika Serikat.
Baca Juga
Minta Vietnam Hapus Kecurangan Non Tarif, AS Tolak Tawaran Tarif Impor 0%
Dalam pidatonya di hadapan parlemen, Chinh mengakui bahwa tantangan akibat tarif AS lebih besar dari peluang yang tersedia saat ini. Namun, ia menegaskan bahwa Vietnam akan mengambil langkah taktis, termasuk negosiasi langsung dengan Washington dan peningkatan ekspor ke pasar-pasar strategis.
"Vietnam menjadi salah satu negara pertama yang disepakati AS untuk memulai negosiasi tarif. Ini peluang penting bagi stabilitas ekspor kita," kata Chinh, dikutip dari Reuters, Senin (5/5/2025). Ia menambahkan, sesi pertama negosiasi akan dimulai Rabu ini.
Jika negosiasi gagal sebelum tenggat Juli, Vietnam berisiko terkena tarif hingga 46% — sebuah pukulan berat bagi negara yang tahun lalu mencatat surplus dagang lebih dari USD 123 miliar dengan Amerika Serikat.
Baca Juga
Trump: Kunjungan Xi Jinping ke Vietnam bertujuan untuk Rugikan Amerika Serikat
Sebagai salah satu pusat manufaktur utama di Asia Tenggara untuk rantai pasok global, Vietnam menghadapi risiko terganggunya arus barang dan penurunan investasi jika tensi dagang meningkat.
Namun, Chinh melihat celah untuk melakukan reformasi struktural. Pemerintahnya berkomitmen memperkuat ekspor ke 17 negara mitra dagang yang telah memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan Vietnam, sambil mendorong konsumsi domestik.
Investasi publik juga menjadi prioritas. Pemerintah akan menggelontorkan anggaran besar untuk memperkuat infrastruktur, termasuk pembangunan proyek jalur kereta api strategis senilai miliaran dolar yang menghubungkan Pelabuhan Haiphong dengan China – jalur penting dalam integrasi rantai pasok regional.
Sementara itu, isu kelistrikan juga menjadi sorotan. Setelah beberapa tahun terakhir dilanda kekurangan listrik saat musim panas, terutama di wilayah utara, pemerintah menjanjikan kestabilan pasokan energi di tahun ini.
“Kami tidak akan membiarkan kekurangan listrik terjadi, dalam keadaan apa pun,” tegas Chinh.
Kebijakan Vietnam menunjukkan upaya menyeimbangkan ketahanan ekonomi jangka pendek dengan strategi pembangunan jangka panjang. Investor dan pelaku usaha global kini menyoroti langkah Vietnam sebagai barometer dinamika baru rantai pasok Asia-Pasifik.

