Ada Harapan Kesepakatan Dagang AS-China, Yield USTreasury 10-Tahun Melorot
NEW YORK, investortrust.id - Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun turun pada Jumat (25/4/2025). Investor mempertimbangkan perkembangan terbaru di bidang perdagangan global, termasuk pernyataan baru dari Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga
Trump Kritik Keras Powell, Yield USTreasury 10-Tahun Melonjak
Dikutip dari CNBC, imbal hasil obligasi 10-tahun turun hampir 5 basis poin menjadi 4,258%, sementara imbal hasil obligasi 2-tahun turun 3 basis poin menjadi 3,76%.
Komentar dari wawancara dengan Trump diterbitkan oleh majalah Time pada hari Jumat. Presiden mengatakan ia akan menganggap sebagai “kemenangan total” jika AS memberlakukan tarif tinggi antara 20% hingga 50% terhadap negara-negara asing dalam satu tahun ke depan. Trump juga membantah bahwa kenaikan imbal hasil obligasi memaksanya memberikan jeda 90 hari pada sebagian besar kenaikan tarif.
“Pasar obligasi memang dilanda keresahan, tapi saya tidak,” kata Trump dalam wawancara hari Selasa yang diterbitkan pertama kali pada hari Jumat.
Komentar tersebut tampaknya meredam sentimen terhadap prospek ekonomi setelah AS sebelumnya mengisyaratkan sikap yang lebih lunak terhadap perdagangan dengan China.
Menambah tekanan pada sentimen hari Jumat adalah pernyataan Trump kepada wartawan di Air Force One bahwa ia tidak akan mencabut tarif terhadap China kecuali “mereka memberi kita sesuatu.”
Pasar sebelumnya didorong oleh sikap pemerintahan yang tampak lebih lunak awal pekan ini.
Pada hari Selasa, Trump mengatakan tarif “akan turun secara substansial. Tapi tidak akan menjadi nol.”
Baca Juga
Bantah Trump, China Sebut Tak Ada Pembicaraan Dagang yang Berlangsung dengan AS
Secara terpisah, Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan “ada peluang untuk kesepakatan besar di sini” dalam perdagangan antara kedua negara. Namun, China membantah bahwa sedang berlangsung pembicaraan dagang dengan AS, dan menyatakan bahwa AS harus mencabut semua kebijakan tarif jika ingin menyelesaikan persoalan.
Menambah keresahan pasar obligasi minggu ini, Trump pada hari Senin menyebut Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebagai “pecundang besar,” sambil mendesak pemimpin bank sentral tersebut untuk menurunkan suku bunga.
Baca Juga
Hal ini sempat memicu kekhawatiran bahwa Trump mungkin akan memecat Powell dan mengganggu independensi bank sentral AS. Namun, Trump mengatakan ia “tidak berniat” memecat Powell, meredakan kekhawatiran tersebut untuk sementara waktu.
Baca Juga
Tenangkan Pasar, Trump Bilang Tak Berniat Pecat Ketua The Fed
Imbal hasil obligasi Treasury belakangan ini mengalami fluktuasi tajam, dengan imbal hasil surat utang 10 tahun turun dari 4,66% pada pertengahan Februari menjadi 3,86% pada 4 April, lalu melonjak hingga 4,59% pada 11 April.
Perubahan kebijakan yang berulang-ulang ini juga menimbulkan kekhawatiran terhadap dominasi AS di panggung global.
Para ahli strategi di Deutsche Bank yang berbasis di London menyatakan pandangan mereka bahwa kerusakan terhadap keistimewaan AS akan bertahan lebih lama, tetapi dapat dimengerti jika ada pemulihan jangka pendek setelah AS mundur dari "tepi jurang kebijakan.”

