Permintaan Aluminium Bisa Melonjak 6 Kali Lipat karena 'Booming' EV, Apa Strategi Inalum?
JAKARTA, Investortrust.id - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bagian holding pertambangan MIND ID memproyeksikan permintaan aluminium akan meningkat enam kali lipat dalam waktu 30 tahun ke depan, selaras dengan tren transisi energi dan booming kendaraan listrik (electrical vehicle/EV).
“Dalam proyeksi kami untuk 30 tahun ke depan, kami meyakini bahwa permintaan aluminium naik enam kali lipat dari hari ini,” ucap Direktur Pengembangan Bisnis Inalum Melati Sarnita dalam Indonesia Critical Minerals Conference, Jakarta, Rabu (4/6/2025) dilansir Antara.
Baca Juga
Polytron Luncurkan Mobil Listrik Pertama, Menperin Agus: Bukti Otomotif RI Berdaya Saing
Melati menyampaikan bahwa peningkatan permintaan tersebut berlangsung selaras upaya transisi energi menuju energi baru dan energi terbarukan di tingkat global.
Berbicara transisi energi, lanjut dia, kendaraan listrik menjadi salah satu topik yang paling sering diangkat. “Ketika berbicara tentang baterainya, 18% dari battery pack untuk EV sebenarnya dari aluminium. Itulah pasarnya (aluminium),” ucap Melati.
Inalum, kata dia, bukan pihak yang akan melakukan hilirisasi bauksit hingga menjadi battery pack. Perusahaan pelat merah tersebut berkecimpung di tatanan midstream, yakni menghasilkan aluminium ingot, billet, alloy.
Nantinya, produk yang dihasilkan Inalum akan diolah perusahaan lain untuk diubah menjadi battery pack. “Jadi, bukan Inalum yang bikin langsung penampangnya, karena kami tidak boleh main sampai ujung,” kata dia.
Dalam ekosistem kendaraan listrik, Inalum memainkan peran sebagai pendorong ekosistem dengan menyediakan bahan baku. Dengan demikian, Inalum tidak berkompetisi dengan industri nasional yang berperan untuk menjadi produsen battery pack. “Kami juga tak mau berkompetisi dengan industri nasional. Kami harus jadi enabler-nya kan,” ucapnya.
Baca Juga
Gas Emisi Bisa Ditangkap! Elnusa Unjuk Gigi Usung CCUS Dukung Transisi Energi Nasional
Sebelumnya, Joko Widodo (Jokowi) ketika menjabat sebagai presiden menyampaikan bahwa kebutuhan aluminium di dalam negeri mencapai 1,2 juta ton. Dari jumlah itu, 56% masih dipenuhi melalui impor.
Soal rencana pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memulai groundbreaking megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik pada pekan ketiga Juni 2025. Proyek ini mencakup pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel (smelter HPAL), pabrik prekursor-katoda, serta fasilitas produksi sel baterai dan battery pack.
Nilai investasi yang dikucurkan diperkirakan mencapai US$ 6–7 miliar atau lebih dari Rp 97–Rp 114 triliun, dan akan menciptakan lebih 20.000 lapangan kerja.

