Listrik Indonesia Melonjak 4,5 Kali Lipat Jadi 443 GW di 2060, EBT Kuasai 74%
JAKARTA, investortrust.id - Indonesia ditargetkan memiliki pasokan listrik sebesar 443 gigawatt (GW) pada 2060 mendatang atau naik 4,5 kali lipat dari posisi saat ini 101 GW. Hal ini tertuang dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2025-2060.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu mengungkapkan, saat ini kapasitas listrik nasional baru berada di angka 101 GW.
“Terkait RUKN, bahwa 2060 kita akan menyiapkan 443 GW. Kalau sekarang di 101 GW, maka peningkatan 4,5 kali lipat kurang lebih di 2060,” kata Jisman dalam acara Diseminasi RUKN dan RUPTL PLN, di Jakarta, Senin (2/6/2025).
Baca Juga
Dari Sungai ke Listrik! Gayo Lues Jadi Pionir Energi Mikro Hidro Nasional
Dalam paparannya, Jisman menyampaikan, suplai listrik 2060 akan didominasi energi baru terbarukan (EBT) sekitar 74% untuk mencapai target bauran energi primer Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang sekitar 70% EBT.
Sementara itu, 26% sisanya berasal dari energi fosil yang sudah dilengkapi teknologi carbon capture storage (CCS). Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034 bahkan pemerintah dan PT PLN mencantumkan pembangunan pembangkit fosil sebesar 16,6 GW.
“Dari 69,5 GW yang kita akan bangun (berdasarkan RUPTL 2025-2034), 42,6 GW atau 61% dari EBT, dan storage 10,3 GW ada pump storage dan berbasis baterai, dan masih ada fosil 16,6 GW atau 24%,” ucap Jisman.
Senada dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Jisman pun menegaskan bahwa penggunaan batu bara atau energi fosil sebagai pembangkit listrik bukan suatu hal yang haram. Menurutnya, ini penting untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional dan mencapai swasembada energi.
Baca Juga
PLN Siap Listriki 780.000 Rumah Tangga Lewat Program Lisdes 2025–2029
“PLTU batu bara itu bukan barang haram, kemudian batu bara banyak dihasilkan di Indonesia, bahkan kita ekspor. Jadi yang perlu kita perhatikan adalah emisinya, yang perlu kita selesaikan adalah emisinya tidak berdampak kepada masyarakat dan global,” ujar dia.
Terkait penambahan kapasitas 16,6 GW pembangkit fosil pada medio 2025-2034, Jisman menerangkan bahwa sebagian besar sebetulnya proyek lama yang sudah direncanakan dalam RUPTL sebelumnya.
“Sebagian besar sebenarnya yang batu bara ini sudah COD di 2025 ini, sekitar 3,2 GW sudah COD, dan sebagian besar sudah konstruksi, itu melanjutkan apa yang kita rencanakan di RUPT sebelumnya,” jelas Jisman.

