43,9 Tahun Lagi Cadangan Batu Bara Habis? Ini Strategi Darurat Wujudkan Kedaulatan Energi
JAKARTA, Investortrust.id - Ketua Indonesia Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengungkapkan, saat ini pengendalian produksi hulu dan permintaan domestik menjadi kunci mewujudkan stabilitas sektor tambang batu bara. Apalagi, cadangan batu bara dalam negeri disebut hanya hingga 43,9 tahun lagi.
Menurutnya, untuk merealisasikan visi kedaulatan energi, pemerintah mesti melihat bagaimana industri batu bara dibangun dari hulu ke hilir.
Baca Juga
Perhapi Harap Regulasi Tak Beratkan Pelaku Usaha Tambang Batu Bara
"Kalau kita mau melihat satu potret saja, karena ini menyangkut kedaulatan energi, kita mesti melihat satu konsep apa yang ada di lead, yang kedua konsep transisi. Kalau kita bicara kondisi yang ada konsep transisi, kita mesti bicara bagaimana hulu dibangun saat ini, bagaimana hilir dibangun saat ini," jelas dia dalam acara Investortrust Focus Group Discussion bertema "Batu Bara dan Kedaulatan Energi Nasional: Menjembatani Realitas Ekonomi dan Komitmen Iklim” di Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Singgih mengatakan, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ini cadangan batu bara dalam negeri hingga 43,9 tahun. Namun, ia menyebut angka tersebut didapat dari jumlah resources dibagi dengan produksi.
"Sehingga apa? Sehingga kalau tidak terjadi permintaan cadangan per masing-masing, yang terjebak adalah kebutuhan mana yang ekspor, mana yang domestik," sambungnya.
Di satu sisi, ia menyebut keinginan pemerintah mewujudkan transisi ke energi bersih tidak mudah. Menurutnya, transisi menuju energi bersih ramah lingkungan membutuhkan belanja modal (capital expenditure/capex) yang tidak sedikit.
"Kita mesti bicara melihat rasio produksi itu mesti kita koreksi. Kita tidak boleh mengatakan 43,9 tahun, yang bahaya terjebak bahwa nanti saatnya ketika demand domestik juga tidak ketemu, ekspor pun bisa juga tidak laku sehingga pengendalian itu harus ada," tandasnya.
Baca Juga
Kementerian ESDM mengungkapkan, Indonesia merupakan negara dengan cadangan batu bara sangat besar, mencapai 31,71 miliar ton. Namun, 70% dari cadangan tersebut merupakan batu bara dengan kalori di bawah 4.200 kilo kalori per kg (kcal/kg), atau tergolong kalori rendah.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) Kementerian ESDM Surya Herjuna menyebutkan, kondisi ini sangat berbeda di masa lalu, ketika Indonesia masih memiliki banyak cadangan batu bara dengan kalori tinggi, di kisaran 6.000 kcal/kg.
“Jadi pemerintah maupun pelaku usaha juga sudah mulai memikirkan rencana ke depan, policy perbaikan, bahkan teman-teman di PLN juga kemarin sudah saya sampaikan harus mengubah paradigma terkait penggunaan batu bara di pembangkit mereka,” kata Surya dalam kesempatan yang sama.

