Perang Dagang AS - China Mereda, Apindo Minta Pemerintah RI Fokus Benahi Dampak Tarif Trump
JAKARTA, investortrust.id - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menilai Indonesia tidak perlu terlalu bergantung terhadap kesepakatan-kesepakatan di tengah perang dagang, seperti salah satunya adalah pemangkasan tarif impor yang dilakukan Amerika Serikat dengan China.
Diketahui, pemerintah Amerika Serikat dan China sepakat untuk memangkas tarif impor atas barang-barang satu sama lain. Kesepakatan ini mencakup pemangkasan tarif timbal balik dari 125% menjadi hanya 10%. Namun, bea masuk AS atas impor Tiongkok masih dalam besaran tarif 30%.
Menurut Shinta, kesepakatan yang dikeluarkan tersebut bagian dari strategi yang digencarkan oleh pihak AS. Sehingga, ia menilai pemerintah harusnya fokus menemukan solusi-solusi dari dampak yang ditimbulkan dalam penerapan tarif impor ke produk Indonesia sebesar 32%.
Baca Juga
Ketua Apindo Beberkan Dampak Besar Premanisme di Industri Jika Tak Segera Dihilangkan
“Jadi kalau menurut kami, pendapat kami saat ini adalah kita fokuskan pertama kepada of course apa yang Indonesia. Kita kena tarif 32% itu pasti akan berdampak. Jadi kita juga mencoba untuk bagaimana bernegosiasi untuk supaya kita bisa menurunkan tarif 32% itu,” ujarnya, Selasa (13/5/2025).
Maka dari itu, Shinta berharap pemerintah bisa memberikan perhatian terhadap hal-hal yang krusial saat ini, seperti di antaranya pelemahan daya beli, serta juga konsumsi rumah tangga yang pada kuartal I 2025 ini mengalami penurunan.
Baca Juga
Apindo Nilai Satgas Anti Premanisme Sinyal Positif Bagi Pengusaha, Dibutuhkan Langkah Konkret Ini
“Jadi menurut saya kita mesti mengantisipasi bahwa apapun bisa terjadi, tapi kita mesti fokus sekarang ini justru di dalam negeri kita sendiri. Karena ini yang menjadi PR utama kita. Konsumsi rumah tangga kita kan paling besar di dalam negeri,” ungkap Shinta.
“Bukannya ekspor nggak penting, ekspor penting. Tapi ini yang harus jadi pekerjaan rumah kita. Jadi saya pikir ini harus jadi PR dan nanti teman-teman juga bisa menambahkan persisnya bagaimana ya kita melakukan perbaikan untuk tadi. Mengenai daya beli, stimulus dan lain-lain yang dibutuhkan,” imbuhnya.

