Perang AI Memanas! OpenAI hingga Microsoft Minta AS Lebih "Galak" Hadapi DeepSeek dan Huawei
WASHINGTON, investortrust.id - Para petinggi OpenAI, Microsoft, dan AMD menyerukan Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperkuat infrastruktur dan melonggarkan pembatasan ekspor cip kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam rangka mengalahkan keunggulan China. Pernyataan ini disampaikan dalam sidang dengar pendapat Komite Perdagangan Senat AS, Kamis (8/5/2025) waktu setempat.
Presiden Microsoft Brad Smith menegaskan bahwa keberhasilan AS dalam perlombaan AI akan ditentukan seberapa luas teknologi buatan AS diadopsi secara global. Ia menyinggung kesuksesan model AI DeepSeek asal China yang belakangan mencuri perhatian dunia karena performa tinggi dengan biaya operasional rendah.
“Faktor nomor satu yang akan menentukan apakah AS atau China menang adalah siapa yang teknologinya paling banyak digunakan di dunia,” ujar Smith dikutip dari Reuters, Jumat (9/5/2025).
Baca Juga
BMW Segera Integrasikan DeepSeek untuk Genjot Penjualan di China
Pengusaha 66 tahun itu juga mengungkapkan bahwa Microsoft melarang pegawainya menggunakan DeepSeek karena kekhawatiran propaganda dan aliran data pribadi ke China.
Sedangkan CEO OpenAI Sam Altman menambahkan, percepatan inovasi AI di AS hanya akan terwujud jika didukung investasi besar dalam infrastruktur, mulai pusat data hingga pasokan energi. Sementara itu, CEO AMD Lisa Su mendukung pelonggaran ekspor cip AI untuk memperluas pasar global.
Seruan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran Gedung Putih terhadap perkembangan AI di Beijing. Huawei, yang sudah lama menjadi sasaran sanksi AS, kini disebut telah memproduksi cip AI canggih dalam skala besar untuk pasar domestik. Selain itu, startup DeepSeek yang berbasis di Hangzhou juga berhasil meluncurkan model AI yang bersaing dengan OpenAI dan Meta.
Pemerintahan Donald Trump baru-baru ini memberlakukan aturan lisensi baru untuk cip AI yang dibuat oleh Nvidia dan AMD, yang sebelumnya dirancang untuk menghindari batasan ekspor dari era Presiden Joe Biden. Namun, pemerintahan saat ini juga berencana mencabut dan mengganti kebijakan ekspor AI yang dibuat pada masa akhir pemerintahan Biden dan dijadwalkan berlaku mulai 15 Mei.
Baca Juga
Babak Baru, Elon Musk dan OpenAI Sepakat Percepat Sidang Sengketa AI
Ketua Komite, Senator Ted Cruz, menyebut aturan Biden sebagai kebijakan ngawur. “Aturan penyebaran AI dari pemerintahan Biden akan melumpuhkan kemampuan perusahaan teknologi AS dalam menjual AI ke dunia,” tegas Cruz.
Sebelumnya, CEO Nvidia Jensen Huang memperingatkan bahwa pasar AI China bisa mencapai US$ 50 miliar (sekitar Rp 8.000 triliun) dalam 2-3 tahun ke depan. Namun, ia khawatir kehilangan akses ke pasar ini akibat kebijakan ekspor Amerika Serikat (AS), yang akan menjadi bumerang bagi industri teknologi Negeri Paman Sam. “Dunia sangat lapar terhadap AI. Mari kita keluarkan AI Amerika ke dunia sekarang juga,” ajaknya.
Dalam pernyataan pekan lalu, miliuner yang pernah berkunjung ke Indonesia itu juga menyebut bahwa China tidak tertinggal dalam pengembangan AI dan memuji rival utama Nvidia, Huawei sebagai salah satu perusahaan teknologi tangguh di dunia. (C-13)

