IHSG Bisa Tembus Rekor Tertinggi di 2025 Pekan Ini, Saham Emiten Prajogo bisa Jadi Penopang
JAKARTA, investortrust.id - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menunjukkan tren penguatan yang konsisten usai melesat sebanyak 1,65% kemarin. Namun, untuk mencetak rekor tertinggi tahun ini di level 7.324 dibutuhkan dukungan lebih lanjut dari sisi fundamental dan teknikal.
IHSG kemarin ditutup melesat sebanyak 117,32 poin (1,65%) ke level 7.230. Investor asing juga berbalik merealisasikan pembelian bersih (net buy) saham jumbo Rp 1,03 triliun, yaitu BRMS, TLKM, dan BMRI. Kenaikan tersebut ditopang lompatan harga saham emiten Prajogo Pangestu, seperti TPIA, BREN, CUAN, hingga saham big bank.
Baca Juga
Turun Tajam, Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Jadi 2,3%
Secara teknikal, Pengamat Pasar Modal Panin Sekuritas, Reydi Octa, menyampaikan IHSG telah sukses menembus level resistance penting di 7.250. Keberhasilan ini membuka peluang besar bagi kelanjutan tren naik. Investor pun kini menaruh harapan pada potensi pengujian ulang terhadap level tertinggi tahun ini.
“Meski demikian, konfirmasi tambahan seperti lonjakan volume transaksi serta indikator teknikal seperti Relative Strength Index (RSI) dan Williams %R (Williams Percent Range) yang menandakan kondisi overbought, tetap dibutuhkan guna memperkuat sinyal penguatan dalam jangka pendek,” ujar Reydi kepada investortrust.id Selasa, (10/6/2025).
Menjelang perdagangan hari ini, Reydi menilai prospek IHSG masih terlihat cerah. Sentimen positif datang dari derasnya aliran dana asing yang tercatat melakukan net buy sebesar Rp 1 triliun. “Masuknya modal asing ini menjadi katalis kuat bagi pergerakan IHSG dalam beberapa hari ke depan,” ungkap dia.
Baca Juga
Bursa Eropa Menguat Tipis, Investor Tunggu Hasil Pembicaraan AS-China
Namun demikian, Reydi menekankan potensi tekanan tetap ada. Saham TLKM diprediksi menjadi hambatan, seiring dengan masuknya masa ex-date, yang lazimnya memicu koreksi harga. Di sisi lain, sektor perbankan dan komoditas diyakini tetap menjadi motor penggerak penguatan IHSG.
“Tak hanya itu, saham-saham konglomerasi milik Prajogo Pangestu juga berpotensi menopang kinerja IHSG dalam perdagangan esok hari,” tutur Reydi.


