Harga Emas Naik Tajam, Saham J Resources (PSAB) Ikut Momentum atau Waspada?
JAKARTA, investortrust.id - Kenaikan harga saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) belakangan ini dapat dikaitkan erat dengan lonjakan harga emas global dan faktor fundamental lainnya yang memengaruhi sentimen pasar. Apakah saham PSAB akan ikut terus mengikuti momentum, atau sebaliknya, masuk zona waspada?
Berdasarkan proyeksi Goldman Sachs, harga emas berpotensi menembus level US$ 3.700 troy ounce pada akhir 2025 dibanding saat ini sekitar US$ 3.300. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), harga emas telah melonjak 27,5%.
“Penguatan harga emas dalam enam bulan terakhir tak bisa diabaikan oleh para pelaku pasar,” jelas Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata dan analis Kiwoom Sekuritas, Nixon Tan dalam riset terbarunya.
Baca Juga
Saat Harga Tinggi, J Resources (PSAB) Bidik Produksi Emas Segini di 2025
Berdasarkan riset Kiwoom Sekuritas, PSAB sebagai perusahaan pure-play tambang emas memiliki sensitivitas tinggi terhadap fluktuasi harga emas. Secara historis, ketika harga emas naik, saham PSAB cenderung mengikuti arah yang sama.
Kenaikan harga emas, menurut Liza Camelia, terutama disebabkan oleh meningkatnya ketegangan perdagangan global dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral.
"Ketika ketidakpastian global meningkat, terutama akibat ketegangan antara negara-negara besar investor dan pemerintah, beralih ke emas adalah langkah tepat sebagai lindung nilai,” tutur dia.
Nixon Tan menambahkan, bank sentral secara konsisten membeli emas dalam jumlah besar, yaitu sekitar 80 ton per bulan. Hal itu turut mendorong lonjakan harga emas.
Selain didorong sentimen harga emas, menurut riset Kiwoom Sekuritas, PSAB sedang mengembangkan proyek andalan yang disebut Proyek Tambang Emas Doup, di Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas produksi emas dan kinerja keuangan PSAB secara signifikan.
Baca Juga
Sahamnya Melesat lebih dari 25%, Ternyata Laba J Resources (PSAB) Terbang 2.937%
Namun, berdasarkan riset Kiwoom Sekuritas, proyek ini masih mengandung banyak ketidakpastian dalam pelaksanaannya karena dijadwalkan baru memulai produksi pada akhir 2025 atau awal 2026. Data menunjukkan, sekitar 60% dari sumber daya dan cadangan PSAB berada di tambang Doup, sehingga eksekusi proyek ini masih penuh ketidakpastian.
"Dengan mempertimbangkan lonjakan harga saham PSAB yang sudah terjadi dan berbagai faktor ketidakpastian ke depan, Kiwoom Sekuritas memberikan rekomendasi untuk investor agar hold atau wait and see, atau bahkan sell on strength atau ambil keuntungan," papar Kiwoom Sekuritas.

