J Trust Bank (BCIC) Sebentar Lagi Rights Issue, Nilainya Jumbo
JAKARTA, investortrust.id - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC) atau J Trust Bank bakal menggelar aksi korporasi berupa penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sekitar Juli-Agustus 2025.
Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung ekspansi bisnis, khususnya dalam penyaluran kredit perseroan.
“Rights issue akan memakai buku Juni, nilainya lumayan besar dan akan digunakan untuk support bisnis,” ucap Direktur Keuangan dan Perencanaan J Trust Bank Helmi A Hidayat usai RUPST 2024, di Jakarta, Jumat (23/5/2025).
Direktur Utama J Trust Bank Ritsuo Fukadai menyampaikan keyakinannya pada kinerja perusahaan di tahun 2025. “Meskipun tahun ini masih akan diliputi oleh tantangan dan ketidakpastian, J Trust Bank optimis dengan prospek usaha ke depannya seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional untuk mencapai pertumbuhan yang semakin berkualitas,” katanya.
J Trust Bank menetapkan tiga fokus utama di tahun 2025 yaitu pertumbuhan kredit dan simpanan, profitabilitas dan efisiensi, serta kualitas kredit, likuiditas, dan permodalan.
Baca Juga
J Trust Bank Reports P2P Lender Crowde for Alleged Embezzlement
Sebagai informasi, BCIC mencatat laba bersih Rp 87,83 miliar pada kuartal I 2025. Angka ini melonjak 99,56% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 44,02 miliar. Lonjakan laba ditopang pertumbuhan kredit bruto. Nilainya naik 8,18% secara tahunan menjadi Rp 28,24 triliun dari sebelumnya Rp 26,10 triliun. Sedangkan, Dana pihak ketiga (DPK) ikut naik 2,74 persen menjadi Rp 34,45 triliun dari sebelumnya Rp 33,53 triliun.
Sementara soal penyesuaian suku bunga usai penurunan suku bunga acuan alias BI Rate ke level 5,50%, ia mengatakan, kondisi pasar keuangan yang dinamis menjadi pertimbangan utama dalam setiap keputusan strategis, termasuk penyesuaian suku bunga pinjaman dan deposito.
“Kita akan antisipasi, tapi kita harus lihat market juga, apakah mereka juga ikut menurunkan atau tidak. Yang pasti ini adalah sinyal yang positif, bahwa kita akan terus menekan cost of fund kita, sehingga kita bisa landing lebih baik lagi dan kita bisa mendapatkan marjin yang jauh lebih baik,” kata Helmi.
Adapun evaluasi atas bunga deposito disebut akan dilakukan dalam waktu satu minggu, sementara untuk pinjaman, perlu waktu lebih lama sambil melihat tren pasar.
Di sisi lain, soal Bank JTrust Indonesia tengah berupaya untuk memenuhi aturan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait free float 7,5% lantaran sahamnya disuspensi sejak awal tahun 2025.
Seperti diketahui, BEI mewajibkan semua emiten untuk memenuhi pemenuhan free float minimal 7,5% saham dan untuk jumlah pemegang saham minimal 300 nasabah. Hingga 30 April 2025, saham free float dari BCIC ini sekitar 6,17%. Untuk menuntaskannya, bank milik investor asal Jepang ini akan melibatkan beberapa investor strategis, baik dari dalam maupun luar negeri. “Investor strategis sudah ada baik lokal maupun dari Jepang. Kita masih diskusi tapi sudah terpenuhi lah,” ujarnya.
Baca Juga
J Trust Bank (BCIC) Catat Pertumbuhan Kredit 11% Jadi Rp 26,53 Triliun di 2024
Terkait pembagian dividen, perseroan saat ini sedang dalam proses kuasi reorganisasi untuk menata kembali kerugian masa lalu. Adapun untuk tahun buku 2024, RUPST memutuskan untuk tidak membagikan dividen. "Kalau dividen, kami memang sedang berusaha untuk melakukan yang disebut kuasi reorganisasi yaitu setop kerugian berjalan yang cukup besar dari bank-bank sebelumnya waktu kami akuisisi," pungkas Helmi.
Sementara terkait hasil RUPST, Bank Jtrust Indonesia mengangkat Abdullah Firman Wibowo sebagai komisaris independen. Abdullah Firman Wibowo telah berpengalaman di dunia perbankan selama lebih dari 25 tahun dengan spesialiasi pada transformasi perusahaan, bisnis internasional, treasury & risk management dan perbankan syariah. Ia mengawal merger PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dengan menjadi wakil direktur utama, di mana sebelumnya menjabat sebagai direktur utama BNI Syariah.

