Tokocrypto Sebut Usulan Danantara Bentuk Cadangan Strategis Bitcoin Bisa Jadi Strategi Investasi yang Adaptif
JAKARTA, investortrust.id - Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto Wan Iqbal menilai, usulan agar Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) membentuk cadangan strategis Bitcoin merupakan langkah yang adaptif dan menjadi strategi investasi seiring dengan tren global.
“Kami melihat usulan ini sebagai refleksi dari upaya menciptakan diversifikasi portofolio negara yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Negara seperti Amerika Serikat (AS)bahkan telah mengumumkan strategi cadangan aset digital termasuk Bitcoin sebagai langkah strategis jangka panjang,” ujarnya, dalam keterangan pers, Kamis (15/5/2025).
Menurut Iqbal, jika hal ini dikelola dengan mengedepankan prinsip tata kelola (governance) dan mitigasi risiko yang kuat, aset kripto seperti Bitcoin dapat menjadi bagian dari strategi diversifikasi cadangan negara khususnya dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar.
Ia menjelaskan, saat ini AS tengah menyusun strategi menjadikan Bitcoin dan aset kripto lain sebagai bagian dari cadangan digital nasional. Selain Bitcoin, strategi tersebut juga mencakup Ethereum (ETH), Ripple (XRP), Solana (SOL), dan Cardano (ADA).
“Langkah AS ini memberikan preseden penting bahwa keterlibatan pemerintah dalam kepemilikan kripto tidak selalu berarti bentuk adopsi ekstrem, tetapi lebih pada strategi kebijakan moneter baru yang adaptif terhadap era digital,” kata Iqbal.
Baca Juga
Cadangan Bitcoin AS Jadi Sinyal Positif bagi Regulasi Kripto Indonesia?
Di sisi bersamaan, Iqbal juga menanggapi arahan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyarankan eksplorasi terhadap instrumen investasi digital yang lebih memiliki legalitas dan underlying yang kuat, seperti tokenisasi aset dunia nyata atau real world asset (RWA).
Sebab, tokenisasi RWA seperti properti, proyek infrastruktur, atau komoditas berbasis blockchain dapat menjadi jembatan penting menuju adopsi teknologi blockchain yang lebih terukur dan dapat diterima secara regulasi.
“RWA menawarkan kombinasi terbaik antara inovasi dan mitigasi risiko. Ini bisa menjadi langkah awal sebelum pemerintah mempertimbangkan eksposur langsung terhadap Bitcoin dalam cadangan strategisnya,” ucap Iqbal.
Baca Juga
Cadangan Bitcoin di Bursa Capai Titik Terendah dalam Tujuh Tahun, Penerimaan Institusional Melonjak
Dengan pendekatan ini, lanjut dia, pemerintah tak hanya dapat menjaga kontrol terhadap kualitas aset, tapi juga memanfaatkan efisiensi dan transparansi teknologi blockchain. Di lain sisi, juga akan membentuk fondasi kepercayaan publik terhadap transformasi digital di dalam negeri.
“Usulan agar Bitcoin menjadi bagian dari cadangan strategis negara memang membuka diskusi penting mengenai arah kebijakan investasi nasional di era digital. OJK memberikan respon bijak dengan tetap membuka ruang eksplorasi sambil menekankan kehati-hatian,” kata Iqbal.
“Langkah berikutnya perlu difokuskan pada pembentukan kerangka kerja regulasi yang adaptif dan kolaboratif, agar inovasi tidak hanya menjadi wacana, tapi benar-benar berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional,” sambung dia.

