Triv Usul Danantara Bentuk Cadangan Strategis Bitcoin untuk Jaga Nilai Tukar Rupiah
“Saya melihat yang paling butuh diperbaiki itu sebenarnya ketahanan rupiah kita. Karena rupiah kita ini kalau divaluasi terhadap mata uang apapun itu drop-nya lumayan,” ujarnya, dalam diskusi bertajuk ‘Cryptocurrency: 2025 Beyond Borders Next-Gen Solutions for Global Transactions’ yang digelar Investortrust, di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Rey membandingkan pengalamannya pada 2019 hingga 2020 ketika menjalankan bisnis di Vietnam, di mana nilai rupiah saat itu dua kali lebih tinggi dari mata uang dong. “Jadi saya bawa Rp 1 juta ke sana, di sana jadi Rp 2 juta. Jadi orang Indonesia dulu ke Vietnam itu jadi orang kaya. Dan sekarang kalau ke Vietnam, uang kita sudah enggak dua kali nilainya, hanya plus 20% doang,” sambungnya.
Baca Juga
Cadangan Bitcoin di Bursa Capai Titik Terendah dalam Tujuh Tahun, Penerimaan Institusional Melonjak
Menurutnya, pemerintah melalui Danantara perlu membentuk cadangan strategis non konvensional dan tidak hanya bergantung pada surat utang atau intervensi pasar modal melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Danantara mungkin harus punya strategic Bitcoin reserve seperti negara-negara lain. Tujuannya, ketika dibutuhkan intervensi terhadap rupiah, ini enggak bergantung cuma pada surat utang negara,” kata Rey.
Ia mencontohkan, langkah Cina yang memanfaatkan cadangan Bitcoin-nya untuk mendukung strategi nilai tukar yuan-nya. Saat ini Cina menjadi negara terbesar kedua yang punya cadangan Bitcoin setelah Amerika Serikat (AS), dengan nilai hingga 195.000 Bitcoin.
Baca Juga
Cadangan Bitcoin AS Jadi Sinyal Positif bagi Regulasi Kripto Indonesia?
“Kemarin ketika mereka mau melemahkan yuan-nya untuk mengurangi tarif, mereka pakai strategi ini,” ucap Rey.
“Mungkin yang bisa diberikan masukan kepada pemerintah, ya siapa tahu, pemerintah juga mau mengikuti jejak-jejak negara yang sudah maju di luar. It's just one of my point of views,” katanya.

