IHSG Melesat 17,97% dari Level Terendahnya di 2025, Berikut 20 Saham Blue Chips dengan Kenaikan Tertinggi
JAKARTA, investortrust.id – Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) telah torehkan lompatan sebanyak 17,97% dari level terendahnya 5.967 pada 9 April menjadi 7.040 pada penutupan perdagangan Kamis (15/5/2025). Sedangkan daftar saham LQ45 atau blue chips dengan penguatan paling pesat pada periode tersebut diraih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Berdasarkan data BEI periode 9 April-15 Mei, kenaikan tertinggi saham blue chips ditorehkan ANTM dengan penguatan sebanyak 80,71% dari Rp 1.400 menjadi Rp 2.530. Tak hanya itu, aliran dana asing masuk saham ANTM sudah mencapai Rp 2,70 triliun dalam sebulan terakhir.
Baca Juga
Tetap Bullish, UBS Investment Bank Prediksi Harga Emas Tahun Ini US$ 3.500 per Ons
Tingginya lompatan saham ANTM ditopang atas lompatan kinerja keuangan perseroan pada kuartal I-2025, seiring dengan kenaikan pesat harga emas pada periode tersebut. Laba periode berjalan melesat dari Rp 210,58 miliar menjadi Rp 2,32 triliun.
Kenaikan tertinggi kedua dicatatkan saham PT Indosat Tbk (ISAT) dengan kenaikan sebanyak 56,57%. Saham emiten telekomunikasi ini melesat dari harga Rp 1.255 pada 8 April menjadi Rp 1.965 pada 15 Mei, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) melesat sebanyak 54,32% dari level Rp 810 menjadi Rp 1.250, dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik sebanyak 52,54% dari Rp 1.180 menjadi Rp 1.800.
Penguatan mengesankan dari daftar LQ45 juga dicatatkan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menguat sebanyak 52,30% dari Rp 4.610 menjadi Rp 7.025, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melesat 52,05% dari Rp 1.220 menjadi Rp 1830, dan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) naik sebanyak 50% dari Rp 1.280 menjadi Rp 1.920 dalam kurun waktu 8 April hingga 15 Mei 2025.
Penguatan harga dalam rentang 20,90-48,70% dicatatkan 12 saham lainnya. Daftar sahamnya terdiri atas saham INCO, KLBF, MBMA, CTRA, BRIS, PGEO, MAPA, BRPT, TOWR, INKP, AKRA, SMRA, CPIN, dan BBCA.
Terkait lompatan IHSG sebanyak 3,04% menjadi 7.040 dalam dua hari terakhir, Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, ditopang persepsi positif pelaku pasar terhadap kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Kesepakatan penurunan tarif kedua negara dianggap akan menstabilkan rantai pasok dunia, memperkuat arus perdagangan, serta mengurangi ketidakpastian geopolitik yang sempat membayangi kinerja aset berisiko.
Baca Juga
Saham Sektor Energi dan Perbankan Melesat hingga Dorong IHSG ke 7.040, Ini Alasannya
Menurut Hendra, salah satu sektor yang paling diuntungkan dari meredanya tensi perang dagang global ini adalah sektor energi. Penguatan signifikan tercatat pada saham-saham seperti PT Ratu Prabu Energi Tbk (RATU), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).
"Lonjakan saham-saham ini mencerminkan ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan permintaan energi global serta potensi kenaikan harga komoditas energi, seperti batubara dan minyak bumi. Rebound teknikal yang terjadi juga memperkuat momentum beli, terlebih di saham-saham energi yang cenderung lagging namun kini mulai mendapat perhatian institusional," kata Hendra kepada investortrust.id Jakarta, Kamis, (15/5/2025).
Baca Juga
Dana Asing Rp 2,15 Triliun Masuk BRI (BBRI) Dua Hari, Seberapa Besar Prospek Sahamnya?
Selain sektor energi, Hendra menyebut sektor perbankan menjadi motor penggerak IHSG. Investor asing mencatatkan net buy hampir Rp 4 triliun saham sektor ini dalam dua hari terakhir, didominasi saham-saham perbankan besar seperti BBRI, BMRI, dan BBCA menjadi tujuan utama akumulasi.
"Hal ini menandakan kepercayaan investor global terhadap daya tahan sektor keuangan domestik, khususnya dalam mengantisipasi ketidakpastian global dan peluang pertumbuhan kredit dalam negeri," tuturnya.
Dengan melihat aliran dana asing yang deras, terutama di saham-saham sektor energi dan perbankan, serta potensi rebound teknikal IHSG menuju resistance di 7.075–7.100, maka peluang penguatan masih terbuka. Namun, Hendra menyarankan investor untuk berhati-hati terhadap aksi ambil untung jangka pendek setelah reli teknikal.

