Masuk Indeks MSCI, Saham Mitratel (MTEL) Diburu Investor Asing dan Target Harga Jadi Segini
JAKARTA, investortrust.id - Morgan Stanley Capital Internasional (MSCI) mengumumkan saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) akan resmi masuk perhitungan MSCI Global Small Cap Indexes mulai 30 Mei 2025. Sentimen tersebut berdampak terhadap kenaikan harga saham MTEL hingga catatkan pembelian bersih (net buy) oleh investor asing.
MSCI dalam pengumuman resminya, Selasa (13/4/2025), juga mengungkap pengeluaran empat saham dari MSCI Global Small Cap Indexes, yaitu PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Baca Juga
Saham Mitratel (MTEL) dan Merdeka Battery (MBMA) Mendadak Melesat, Ternyata Ditopang Berita Ini
Kabar positif tersebut direspons lompatan harga saham anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tersebut. Berdasarkan data penutupan perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (14/5/2025), saham MTEL ditutup melesat Rp 40 (6,61%) menjadi Rp 645. Rentang pergerakan MTEL sepanjang hari ini Rp 630-650.
Harga penutupan saham MTEL hari ini menjadi level penutupan tertinggi saham MTEL terhitung sejak 20 Februari 2025. Level tersebut sama dengan harga penutupan saham MTEL akhir 2024 pada level Rp 645 per saham.
Tak hanya cetak kenaikan harga, saham MTEL membukukan pembelian bersih (net buy) oleh investor asing senilai Rp 12,73 miliar sepanjang hari ini atau setelah resmi diumumkan MSCI. Sedangkan net buy dalam sebulan terakhir mencapai Rp 13,23 miliar.
Dampak Positifnya
Sementara itu, Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, masuknya saham Mitratel (MTEL) dan Merdeka Battery (MBMA) dalam MSCI Indonesia Small Cap Index untuk periode efektif 2 Juni hingga 1 September 2025 membawa angin segar bagi keduanya, baik dari sisi teknikal maupun sentimen pasar.
“Pengumuman ini secara langsung mendorong aksi beli dari investor institusi global yang mengelola dana berbasis indeks, terutama ETF dan fund manager yang mengikuti benchmark MSCI. Hal ini dapat dilihat dari lonjakan harga saham MTEL sebesar 6,61% ke level Rp 645 dan MBMA sebesar 5,88% ke Rp 360,” terangnya.
Baca Juga
Kinerja Kuartal I Sesuai Estimasi, Saham Mitratel (MTEL) Dipertahankan Rekomendasi Ini
Dia menambahkan, masuknya kedua saham tersebut akan berdampak terhadap aliran dana pasif baru serta apresiasi terhadap potensi pertumbuhan jangka menengah terhadap kedua emiten tersebut. Predikat tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor institusi untuk mulai mengakumulasi saham MTEL.
Masuk saham MTEL ke dalam MSCI tidak hanya akan meningkatkan visibilitas secara global, tetapi juga berpotensi menciptakan rerating valuasi berkat ekspektasi pertumbuhan kinerja dan arus dana asing yang konsisten.
Secara keseluruhan, Hendara mengatakan, inclusion MTEL dan MBMA ke dalam indeks MSCI menjadi katalis positif yang memperkuat momentum teknikal jangka pendek sekaligus validasi fundamental jangka menengah. Keduanya layak dikoleksi dalam portofolio dengan pandangan optimistis terhadap sektor infrastruktur digital dan hilirisasi mineral strategis Indonesia.
Baca Juga
Intip Target Harga Terbaru Saham Merdeka Copper (MDKA) dan Merdeka Battery (MBMA)
Oleh karena itu, Hendra merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 680 untuk MTEL dan beli saham MBMA dengan target harga Rp 406. Sedangkan BRI Danareksa Sekuritas dalam riset terakhirnya mempertahankan rekomendasi beli saham MTEL dengan target harga Rp 800.
Mitratel (MTEL) merupakan perusahaan infrastruktur telekomunikasi dengan penyumbang terbesar pendapatan berasal dari penyewaan menara telekomunikasi. Saat ini, perseroan tercatat sebagai emiten menara telekomunikasi terbanyak di Indonesia dan Asia Tenggara.
Hingga kuartal I-2025, Mitratel (MTEL) berhasil melanjutkan pertumbuhan laba tahun berjalan menjadi Rp 526,31 miliar, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 520,98 miliar. Kenaikan tersebut menjadikan laba per saham bertahan di level Rp 6.Kenaikan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan MTEL dari Rp 2,23 triliun menjadi Rp 2,26 triliun.


