Amankan Pendanaan Rp 651,08 Triliun, OpenAI Ungkap Operasi Rahasia Cina
SAN FRANCISCO, investortrust.id - OpenAI baru saja mengamankan pendanaan senilai US$ 40 miliar (Rp 651,08 triliun), yang membuat valuasi perusahaan melonjak menjadi US$ 300 miliar, menjadikannya salah satu perusahaan swasta paling bernilai di dunia. OpenAI juga melaporkan peningkatan aktivitas kelompok asal Cina yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT, untuk operasi rahasia di dunia maya.
Operasi ini memakai AI untuk memengaruhi politik. Temuan ini dipaparkan dalam laporan terbaru perusahaan yang dirilis pada Jumat (06/06/2025).
Meski berskala kecil dan menyasar audiens terbatas, OpenAI menyebut taktik dan cakupan operasi makin berkembang. Laporan ini menambah kekhawatiran global soal penyalahgunaan teknologi AI, yang sejak 2022 telah terbukti mampu menghasilkan teks, gambar, hingga audio yang menyerupai buatan manusia.
Baca Juga
Trump Pastikan Perundingan Lanjutan AS-China Digelar di London
Tuduhan Palsu terhadap Aktivis
Salah satu temuan mencatat adanya akun ChatGPT yang digunakan untuk membuat unggahan media sosial bertema politik dan isu geopolitik yang sensitif bagi China. Beberapa di antaranya mencakup kritik terhadap gim bertema Taiwan, tuduhan palsu terhadap aktivis asal Pakistan, serta konten soal penutupan lembaga bantuan USAID.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (07/06/2025), OpenAI juga mendeteksi aktor siber yang terhubung dengan Cina menggunakan AI untuk mendukung berbagai tahap operasi digital. Ini termasuk riset open-source, modifikasi skrip, konfigurasi sistem, hingga pengembangan alat peretas seperti brute force password dan otomatisasi media sosial.
Baca Juga
Efek Data Pekerjaan AS dan Sinyal The Fed Bikin Investor 'Deg-degan', Harga Emas Antam Turun
Ada pula operasi pengaruh yang membuat konten media sosial pro-kontra di isu-isu politik dalam negeri AS, lengkap dengan foto profil buatan AI. Strategi ini diduga dirancang untuk memecah opini publik Amerika secara diam-diam.
Cina Tolak Tudingan
Menanggapi laporan tersebut, Kementerian Luar Negeri Cina menolak tudingan OpenAI. Mereka juga menyebut laporan tersebut tak berdasar.
“Cina selalu menaruh perhatian besar terhadap tata kelola kecerdasan buatan. Kami secara konsisten menentang penyalahgunaannya,” ujar juru bicara kementerian tersebut dalam pernyataan resmi.
Baca Juga
OJK Tak Awasi Kopdes Merah Putih yang Tak Penuhi Kriteria 'Open Loop'
Sementara itu, sebagai bagian dari pengawasan rutin, OpenAI kerap merilis laporan tentang aktivitas jahat yang terdeteksi di platformnya, termasuk pembuatan malware dan konten palsu. Akun-akun yang melanggar langsung diblokir.

