Anggota Parlemen Ini Anggap Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Terlalu Optimis
JAKARTA, Investortrust.id -- Anggota Komisi XI Fraksi PKS Anis Byarwati menilai target Pertumbuhan Ekonomi 5,2%-5,8% dirasa terlalu optimis. Hal tersebut disampaikan Anis menanggapi penyampaian Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) oleh Kementerian Keuangan RI beberapa lalu.
"(Target pertumbuhan ekonomi) Bahkan cenderung terlampau percaya diri (over convidence), proyeksi IMF dan World Bank terhadap perekonomian kita tahun 2026, hanya akan tumbuh sebesar 4,8%, sedikit meningkat dibandingkan proyeksi tahun 2025 sebesar 4,7%," kata Anis dalam keterangannya, Minggu (25/5/2025).
Anis kemudian mengingatkan realisasi pada pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I 2025 hanya tumbuh sebesar 4,87% (yoy). Realisasi tersebut dinilai melambat dibanding kuartal sebelumnya yang masih tumbuh 5,02%.
"Artinya pertumbuhan ekonomi nasional sedang dalam kondisi yang stagnan dan melambat. Jadi dua kondisi ini, hendaknya menjadi perhatian dan ukuran bagi Pemerintah untuk menentukan target pertumbuhan ekonomi kita tahun 2026," ujarnya.
Anis memahami bahwa Pemerintah ingin membangun pandangan dan sikap optimisime bahwasannya perekonomian global dan nasional akan membaik pada tahun 2026. Namun Anis menganggap sulit untuk bisa tumbuh lebih tinggi, jika tidak ada terobosan dan inovasi yang dikembangkan.
"Penyumbang pertumbuhan praktis sebagian besar di support oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,94% sepanjang tahun. Sektor konsumsi ini berkontribusi 54% terhadap PDB Indonesia, menjadikannya pendorong utama pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, Anis menilai perlu ada perbaikan pada iklim investasi. Ia menyarankan agar eksekutif memperbesar porsi investasi dan ekspor.
"Kuncinya kan ada pada iklim investasi, aturan main yang tidak tumpang tindih, tidak ada pungli, intinya ada kepastian bagi investor dan pengusaha untuk menanamkan modalnya dan berusaha, perlu ada kerja keras dan kebijakan yang tapat untuk mengatasi persoalan ekonomi kita saat ini," ujarnya.
Selain itu investasi juga harus didukung kebijakan yang tepat baik secara fiskal maupun moneter. Pemerintah seharusnya sudah memiliki konsep dan kerangka yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada, mana yang menjadi skala prioritas dan mana yang masih bisa ditunda. (C-14)

