IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Indonesia, Apa Kabar Pertumbuhan 8%?
JAKARTA, investortrust.id - Ekonom Bright Institute Awalil Rizky berpendapat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan menemui tantangan mencapai mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029. Pernyataan tersebut didasari proyeksi International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook (WEO) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya berkisar 4,65% pada 2025 atau lebih rendah dari proyeksi pemerintah 5,1%.
“Secara umum dari proyeksi IMF dan Bank Dunia memberi peringatan sulitnya mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029. Bahkan ada tantangan untuk bisa tetap tumbuh di kisaran 5% pada 2025 dan 2026,” kata Awalil dalam keterangan resminya, diakses Senin (28/4/2025).
Baca Juga
BI Paparkan Alasan Beda Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dengan IMF
Berdasarkan analis IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan meningkat pada tahun-tahun berikutnya, yaitu, 4,67% (2026), 4,85% (2027), 4,95% (2028), dan 5,11% (2029).
Awalil menilai, proyeksi tersebut jauh lebih rendah dari proyeksi asumsi dasar dalam Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Proyeksi RPJMN ditetapkan 5,3% (2025), 6,3% (2026), 7,5% (2027), 7,7% (2028), dan 8,0% (2029).
Berdasar asesmen IMF atas kondisi ekonomi global sebulan terakhir, laju pertumbuhan ekonomi dunia dan hampir seluruh negara diprakirakan melambat. IMF merevisi prakiraan sebelumnya atas ekonomi Indonesia yang sebesar 5,1% menjadi 4,7%. Berdasar asesmen yang tak jauh berbeda, Bank Dunia juga merevisi menjadi 4,7%.
“Namun, Bank Dunia masih memproyeksikan kondisi yang sedikit lebih baik dibanding IMF pada tahun berikutnya meningkat menjadi 4,8% pada 2026 dan 5,0% pada 2027,” kata dia.
Awalil melihat data lebih terperinci dari World Economic Forum (WEO) dan IMF yang terkait erat dengan proyeksi pertumbuhan tersebut adalah data total investasi. Porsi investasi Indonesia atas produk domestik bruto (PDB) hanya 31,18% pada 2025, atau turun dari 3,40% pada 2024. “Pada tahun-tahun berikutnya hingga 2029 hanya sedikit naik, hingga sebesar 31,31% pada 2029,” ucap dia.
Porsi investasi sebesar itu memang nyaris tidak memungkinkan ekonomi tumbuh di atas 5%. Sebagai catatan, porsi investasi atas PDB kisaran 34% pada periode pertama Jokowi. Bahkan di masa lampau, sempat lebih dari 40%.
Sementara itu, proyeksi Bank Dunia yang disajikan dalam Macro Poverty Outlook 2025 menyajikan perincian pertumbuhan komponen PDB. Pertumbuhan konsumsi masyarakat diprakirakan turun dari 5,1% pada 2024 menjadi 4,9% pada 2025. Kemudian bertahan tumbuh 4,9% pada 2026 dan 2027.
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) justru meningkat pertumbuhannya dari 4,6% pada 2024 menjadi 6,1% pada 2025. Masih bisa meningkat lagi menjadi 6,2% pada 2026 dan 6,3% pada 2027. “Dalam hal ini tampak ada perbedaan proyeksi antara Bank Dunia dengan IMF,” kata dia.
Pertumbuhan konsumsi pemerintah diprakirakan turun dari 6,6% pada 2024 menjadi kontraksi atau minus 2,1% pada 2025. Kemudian tumbuh lagi secara perlahan sebesar 0,3% pada 2026 dan 0,9% pada 2027. “Tampaknya Bank Dunia menilai Pemerintah Indonesia memang berniat atau mungkin terpaksa menurunkan belanja konsumsinya,” ucap dia.
Dalam hal komponen ekspor barang dan jasa diproyeksikan tumbuh melambat pada 2025. Kemudian meningkat pada 2026 dan 2027. Diikuti pola serupa pada komponen impor barang dan jasa. Secara neto diproyeksikan bersifat net ekspor.
Baca Juga
IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Bawah 5%, Ekonom Ingatkan Kebijakan Adaptif
Laporan Bank Dunia juga menyajikan indikator pertumbuhan kelompok sektoral, yang terdiri dari pertanian, industri, dan jasa-jasa. Sektor pertanian justru diprakirakan tumbuh lebih tinggi, dari 0,7% pada 2024 menjadi 3,6% pada 2025. Namun, kemudian kembali menurun menjadi 3,0% pada 2026 dan 2027.
Namun, sektor industri diprakirakan melambat signifikan, dari 5,0% pada 2024 menjadi 3,8% pada 2025. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya bisa sedikit meningkat menjadi 4,0% pada 2026 dan 2027.
“Oleh karena sektor industri memiliki porsi terbesar dalam PDB, maka menjadi penyebab utama perlambatan pertumbuhan ekonomi. Ditambah pertumbuhan sektor jasa yang juga melambat pada 2025 dan 2026,” ujar dia.

