BI "Rate" Bisa Turun karena Rupiah Stabil, IHSG Siap-siap Terbang?
JAKARTA, investortrust.id - Kepala Ekonom PT Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mengintip adanya peluang Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan dalam rapat dewan gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20-21 Mei 2025.
Bukan tanpa alasan, Fakhrul mengatakan, di tengah kemelut perekonomian global dan stabilnya rupiah membuka peluang besar bank sentral memangkas suku bunga BI rate bulan ini. Dalam RDG terakhir pada 22-23 April 2025 lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan sinyal ruang penurunan suku bunga dengan mempertimbangkan stabilitaa nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan dorongan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga
Ekonom Bank Mandiri Proyeksi BI Pangkas BI Rate pada RDG Mei 2025
"Saat ini nilai tukar sudah stabil dan cenderung menguat seiring meredanya perang dagang. Di sisi lain, urgensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi semakin besar di tengah melambatnya prospek dunia akibat perang dagang," ungkap Fakhrul kepada Investortrust, Selasa (20/5/2025).
Selain tingkat suku bunga, lanjutnya, hal yang perlu dibahas bank sentral adalah penggunaan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) setelah kestabilan rupiah ini tercapai. Menurut Fakhrul, pasar berharap kondisi likuiditas di pasar uang dapat membaik, jika tingkat imbal hasil SRBI semakin diturunkan dan penyesuaian jumlah yang dimenangkan.
"Terkait intermediasi pasar keuangan, pelonggaran kebijakan makroprudensial masih harus dilanjutkan untuk menunjang ekspektasi kredit di tengah ekonomi yang cenderung melemah," sebutnya.
Bursa saham melejit atau justru profit taking?"
Sedangkan untuk bursa saham, alumnus Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan, membaiknya sentimen global seharusnya membuat IHSG masih berada dalam trajektori positif atau siap-siap terbang pada minggu ini, dengan pemotongan BI rate menjadi katalis utama.
Ia menambahkan, sektor perbankan biasanya menjadi pengerek utama penyokong bursa, di balik semakin tingginya dana asing yang masuk ke Indonesia. Ia menyebut, IHSG berpotensi mencapai level 7.300. "Namun, kita harus berhati-hati dengan profit taking kalau sentimen perang dagang kembali," sambungnya.
Baca Juga
Menurut Fakhrul, faktor ekonomi selanjutnya yang diperhatikan bursa adalah realisasi APBN pada April dan Mei. Hal ini akan menentukan suplai obgliasi negara yang akan masuk ke pasar, serta volatilitas besar jangka pendek sudah selesai.
"Hal yang harus kita perhatikan ke depannya adalah eksekusi belanja pemerintah, karena ini akan menjadi penentu apakah di paruh kedua 2025, kita akan mengalami rebound ekonomi atau malah masih terperosok di zona pertumbuhan lebih rendah," bebernya.

