Geopolitik Bikin 'Deg-degan'! Rupiah Tergelincir Tipis Saat BI 'Rate' Turun
JAKARTA, investortrust.id - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung bergerak stabil sepanjang Rabu (21/5/2025). Berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI) kurs rupiah tergelincir 7 poin (0,04%) ke level Rp 16.413 per dolar AS, setelah rapat dewan gubernur (RDG) memutuskan memangkas suku bunga acuan jadu 5,5%.
Pada perdagangan pasar spot valas, data Yahoo Finance justru menunjukkan kurs rupiah bergerak melemah 19 poin (0,12%) ke level Rp 16.390 per dolar AS. Sebelumnya Yahoo Finance mencatat kurs rupiah berada di posisi Rp 16.409 per dolar AS.
Baca Juga
Adapun Bank Indonesia (BI) memutuskan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50% dalam rapat dewan gubernur periode 20-21 Mei 2025. Keputusan itu disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo.
"Berdasarkan asesmen dan prospek tersebut rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada tanggal 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk menurunkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%," kata Perry secara daring, Rabu (21/5/2025).
Selain BI rate, dewan gubernur juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 4,75. Kemudian suku bunga lending facility juga turun sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
Dari sentimen eksternal, indeks dolar AS tertekan akibat ketegangan geopolitik. Dipaparkan pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, Israel sedang mempersiapkan kemungkinan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran, karena AS terus mengupayakan perjanjian diplomatik dengan Teheran.
CNN pada Selasa (20/5/2025) mengutip beberapa pejabat AS yang mengetahui intelijen terkini menyebut, para pemimpin Israel belum membuat keputusan akhir, tetapi kemungkinan serangan Israel telah "meningkat secara signifikan" dalam beberapa bulan terakhir.
"Hal ini terjadi di tengah perundingan nuklir AS-Iran yang sedang berlangsung. Iran menegaskan kembali bahwa program pengayaan uraniumnya sama sekali tidak dapat dinegosiasikan," kata Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (21/5/2025).
Baca Juga
BI "Rate" Bisa Turun karena Rupiah Stabil, IHSG Siap-siap Terbang?
AS telah menuntut Iran menghentikan semua kegiatan pengayaan uranium karena khawatir potensi persenjataan nuklir. Laporan itu menambahkan bahwa kesepakatan nuklir AS-Iran di bawah Presiden AS Donald Trump yang tidak menghilangkan semua uranium Iran membuat serangan lebih mungkin terjadi.
Sementara itu, terkait perang Rusia-Ukraina, para pemimpin Uni Eropa mengecam mundurnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah panggilan teleponnya selama 2 jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Meski ada klaim bahwa kesepakatan damai tidak akan mungkin terjadi tanpa AS, Presiden Trump mengatakan, bahwa AS akan menarik diri dari pembicaraan. "Itu bukan perang yang harus kita hadapi".

