Pasar Tenang dan Rupiah Stabil! Investor Cermati Pertemuan The Fed dan Dampak 6 Stimulus RI
JAKARTA, investortrust.id - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung stabil pada perdagangan Selasa (27/5/2025) pagi. Data Bloomberg menunjukkan kurs rupiah menguat tipis 1 poin ke level Rp 16.248 per dolar AS pada pagi ini.
Rupiah cenderung menguat setelah Presiden AS Donald Trump meningkatkan ketegangan perdagangan dengan mengancam tarif pada Uni Eropa. Namun, berita terbaru menyebut, Donald Trump memperpanjang batas waktu tarif 50% pada Uni Eropa menjadi 9 Juli dari sebelumnya 1 Juni.
Baca Juga
Adapun pasar AS tutup pada Senin (26/5/2025) karena hari libur Memorial Day.
Menurut Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro, investor fokus pada komentar pejabat The Fed serta risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertengahan pekan ini.
"Indikator ekonomi utama AS, meliputi pendapatan dan pengeluaran pribadi, indeks price consumer index (PCE), pesanan barang tahan lama, neraca perdagangan barang, estimasi ke-2 pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) kuartal I 2025, laba perusahaan, penjualan rumah tertunda, dan Indeks harga rumah S&P/case-shiller," kata Andry dalam keterangan tertulis, Selasa.
Dari sentimen domestik, Pemerintah Indonesia meluncurkan paket stimulus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Stimulus tersebut mencakup enam paket berdasarkan konsumsi domestik, dengan fokus pada peningkatan kegiatan masyarakat di sektor transportasi, energi, dan bantuan sosial.
Baca Juga
Rupiah Makin Impresif, BI Tak Buru-Buru Bawa ke Rp 15.000an per Dolar AS
Stimulus yang dimaksud, yakni diskon tiket transportasi angkutan laut, kereta api, dan pesawat; diskon tarif tol, diskon tarif listrik 50% selama 25 Juni–25 Juli untuk 79,3 juta rumah tangga dengan daya listrik di bawah 1.300 VA; bantuan sosial tambahan pada 18,3 juta keluarga; subsidi upah untuk gaji di bawah Rp 3,5 juta; dan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
"Stimulus ini memberikan sinyal kuat dukungan fiskal pada konsumsi rumah tangga, yang dapat mendorong pertumbuhan di sektor ritel, transportasi, dan energi. Bantuan ini krusial dalam mendorong konsumsi masyarakat dan menciptakan sentimen positif di pasar domestik," kata Andry Asmoro.

