Dolar Indeks Melemah, Dana Asing Akan Masuk ke Emerging Market
JAKARTA, investortrust.id - Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro meramalkan dana asing akan kembali masuk ke pasar negara berkembang atau emerging market, seiring melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang negara lain atau DXY.
“Indeks dolar AS semakin turun kemudian mulai pelan-pelan akan diikuti adanya capital inflow ke banyak emerging market termasuk Indonesia,” kata Andry, saat paparan Mandiri Economic Outlook Q2 2025, yang digelar daring, Senin (19/5/2025).
Berdasarkan analisis yang dilakukan, pelemahan indeks dolar AS saat kepemimpinan Presiden AS Donald Trump 2.0 terjadi lebih dibandingkan Trump 1.0. Andry menduga tekanan rupiah saat Trump 2.0 ini akan lebih mild.
“Tentu saja tetap akan terjadi volatility, namun kami meyakini ketika terjadi trade deal, ini akan memberikan positif sentimen kepada nilai tukar kita,” jelas dia.
Baca Juga
Dana Asing Rp 4,71 Triliun Mengalir ke 4 Saham Bank Pekan Ini, Terbesar Saham Ini
Hingga April 2025, Andry melihat, banyak negara mengalami apresiasi terhadap dolar AS atau weaker US dollar. Pada bulan tersebut Mata Uang Garuda menguat 0,25 month to date. Sementara, pada Mei 2025, rupiah menguat 0,97% month to date.

“Jadi kalau pola-pola seperti ini kemudian berlanjut, memang kami meyakini adanya ekspektasi bahwa ruang ruang rupiah relatif menguat, atau kami menyebutnya menguat terbatas,” ujar dia.
Head of Fixed Income Mandiri Sekuritas Handy Yuniarto mengatakan kunci untuk mendorong masuknya dana asing ada dua, outlook terhadap nilai tukar dan perbedaan imbal hasil. Imbal hasil surat berharga negara (SBN) yang dimiliki Indonesia saat ini masih atraktif, jika dibandingkan negara yang memiliki rating BBB.
“Kita masih yang memberikan (imbal hasil) paling tinggi,” kata Handy.
Sementara, proyeksi nilai tukar memang tergantung data perekonomian AS. Data pekerja di AS menunjukkan angka yang membaik.
“Tapi, kalau diperhatikan, CPI (Consumer Price Index) dan PPI (Producer Price Index) AS masih di bawah ekspektasi. Ini mengindikasikan bahwa perang tarif ini belum sampai berdampak ke konsumen, tapi sebagian produsen sudah mendapatkan margin,” ucap dia.

